REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pertemuan final Piala Eropa (Euro) 2020 antara timnas Inggris versus Italia mempunyai dua sisi yang menarik dari perbedaan filosofi sepak bola kedua negara. Praktis, pertandingan di Stadion Wembley, London, Inggris, Senin (12/7) dini hari WIB nanti dipastikan berlangsung sengit.
Inggris belum pernah menjuarai Piala Eropa. Terakhir kali the Three Lions mengangkat trofi bergengsi terjadi pada Piala Dunia 1966.
Sementara, Italia terpaut lama menjadi kampiun dari kejuaraan yang didirikan oleh Henri Delaunay ini. Gli Azzurri, julukan Italia, terakhir memenangkan gelar tersebut pada 1968 saat mengalahkan Yugoslavia dengan skor 2-0 di Stadion Olimpico, Roma. Praktis, ini jadi pertarungan dua raksasa yang menanti jalan panjang untuk bisa menjadi penguasa pun raja di Benua Biru.
Bukan hal mengherankan ketika keduanya bertemu pada laga pemungkas di Stadion Wembley. Italia dan Inggris memastikan diri sebagai tim yang berhak menembus final setelah melewati partai sulit.
La Nazionale, julukan Italia, keluar sebagai pemimpin Grup A dengan berhasil menyingkirkan dua tim favorit Belgia pada perempat final dan Spanyol di semifinal. Sedangkan Inggris mampu mengatasi perlawanan Jerman dan Denmark.
Kapten timnas Italia, Giorgio Chiellini, sudah memprediksi tuan rumah Inggris akan lolos ke partai final. Bek milik Juventus itu mengeklaim Inggris bakal tampil ngotot karena bermain di kandang dan berambisi memutus puasa gelar sejak 55 tahun lamanya.
"Inggris memiliki kualitas dan fisik yang bagus, juga solid dan terorganisasi. Mereka sulit dikalahkan," kata Chiellini kepada RAI Sports dilansir laman resmi UEFA, Jumat (9/7).
Kekuatan Inggris, kata Chiellini, tidak hanya bertumpu pada satu atau dua pemain. "Saya rasa laga final nanti akan jadi partai sepak bola yang luar biasa. Tak ada yang takut satu sama lain, tapi kami saling menghormati," sambung bek berusia 36 tahun.
Italia mampu bangkit dari keterpurukan selepas gagal menembus Piala Dunia 2018. Bahkan Gli Azzurri kini menggambarkan identitas pun era baru dalam bermain sepak bola.
Pertemuan antara kedua tim akan menjadi yang pertama di ajang kompetitif dalam tujuh tahun. Sebelumnya, Italia sukses mengalahkan Inggris 2-1 di fase grup Piala Dunia 2014. Inggris bahkan tak dapat mengalahkan Italia dalam laga internasional resmi lainnya sejak partai kualifikasi Piala Dunia 1977 silam.
"Inggris akan memiliki dukungan penuh, seluruh stadion di belakang mereka. Final sedikit berbeda dari pertandingan lain, kami harus bermain dengan fokus tetapi juga dengan suka cita karena Anda hanya bisa memenangkan final jika bermain untuk bersenang-senang," kata pelatih Italia Roberto Mancini.
Sementara itu, Inggris di bawah Gareth Southgate tengah menuai buah dari kinerja positif para pemain muda. "Ini adalah pertandingan yang hebat untuk dinanti-nantikan," kata Southgate menjelaskan.
Inggris diprediksi akan tampil dengan kekuatan penuh mengandalkan skema 4-2-3-1. Harry Maguire dan John Stones bakal kembali sebagai pilar utama jantung pertahanan Tiga Singa. Sementara, Raheem Sterling dan Harry Kane tetap jadi pilihan utama Southgate untuk urusan merobek gawang lawan.
Di kubu Italia, Mancini kembali tanpa Leandro Spinazzola yang menepi karena cedera achilles. Posisinya diisi oleh bek Chelsea Emerson Palmieri. Sedangkan Federico Chiesa yang tampil gemilang dalam dua partai terakhir dipastikan kembali turun sejak menit awal menemani Ciro Immobile dan Lorenzo Insigne.