Sabtu 10 Jul 2021 15:44 WIB

Ini Mengapa Taliban Bisa Cepat Kuasai Distrik Afghanistan

Hancurnya moral bertempur tentara Afghanistan di daerah mempermudah langkah Taliban.

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
Pasukan taliban di Afghanistan
Foto: VOA
Pasukan taliban di Afghanistan

REPUBLIKA.CO.ID, Kotak-kotak peluru di pos-pos militer di Provinsi Laghman kosong. Makanan pun langka. Sementara sejumlah petugas polisi belum digaji selama lima bulan.

Saat pasukan Amerika Serikat (AS) mulai meninggalkan Afghanistan pada bulan Mei lalu. Taliban mengepung tujuh pos militer sepanjang ladang gandum dan bawang di desa-desa sebelah timur Afghanistan. Pemberontak meminta tokoh desa untuk mengunjungi pos-pos itu dengan satu pesan, "menyerah atau mati".

Baca Juga

Para tetua desa mengatakan usai negosiasi panjang pertengahan bulan Mei pasukan keamanan Afghanistan menyerahkan tujuh pos tersebut. Setidaknya 120 tentara dan polisi diizinkan pulang ke provinsi yang dikuasai pemerintah, tapi sebagai gantinya mereka harus menyerahkan senjata dan perlengkapan mereka.

"Kami beritahu mereka, 'begini, situasi kalian buruk, bala bantuan tidak datang," kata Nabi Sarwar Khadim salah satu tokoh desa ikut negosiasi, seperti dikutip Irish Times.

Pejabat pemerintah dan tokoh-tokoh desa mengatakan sejak 1 Mei lalu setidaknya sudah 26 pos dan pangkalan militer Afghanistan di empat Provinsi Laghman, Baghlan, Wardak dan Ghazni yang diserahkan ke Taliban. Setelah pasukan AS hengkang, moral pasukan Afghanistan pun merosot.

Taliban memanfaatkan kemenangan yang dicapai dengan membuat pasukan Afghanistan menyerah sebagai propaganda. Sehingga pasukan di desa-desa lain pun turut menyerahkan pos mereka.

Taliban juga menegosiasikan empat lokasi utama yang menampung gubernur, kepala polisi dan intelijen lokal untuk diserahkan. Sehingga pemberontak tersebut mengendalikan pemerintahan di sana, setidaknya untuk sementara.  

Sebelumnya Taliban pernah bernegosiasi dengan pasukan Afghanistan agar mereka menyerah. Namun skala dan kecepatan ambruknya pos-pos dan pangkalan pasukan Afghanistan tidak pernah sebesar dan secepat bulan ini.

Taktik ini menyingkirkan ribuan pasukan pemerintah dari medan perang, mengamankan wilayah strategis dan mendapatkan peluru, senjata dan kendaraan. Biasanya tanpa perlu menembakan satu peluru pun.

Jatuhnya pos militer ke tangan Taliban menjadi salah satu ukuran melemahnya usaha pemerintah Afghanistan di medan perang. Terkadang pos-pos militer diserahkan dengan pertempura, tapi lebih sering karena pasukan pemerintah menyerah.

Mendorong pasukan pemerintah menyerah merupakan salah satu strategi Taliban untuk merebut dan menguasai wilayah. Moral pasukan keamanan pemerintah merosot saat pasukan internasional hengkang dari negara itu.

Taliban juga menyuap milisi dan polisi setempat. Gencatan senjata lokal membuat Taliban dapat mengkonsolidasikan kekuatan.

"Pemerintah tidak dapat menyelamatkan pasukan keamanan, jika mereka bertempur, mereka akan tewas, sehingga mereka harus menyerah," kata tokoh desa di Provinsi Baghlan, Mohammed Jalal.

Strategi agar pasukan pemerintah menyerah disusun Komite Invitasi dan Pedoman Taliban. Caranya dengan memotong jalan dan pasukan dengan pos-pos militer.

 

Lalu pemimpin komite atau militer Taliban menelepon komandan pos tersebut atau keluarga mereka. Menawarkan mereka bisa selamat bila menyerahkan pos, senjata dan amunisi. 

Taliban kini berhasil menguasai titik-titik strategis seperti perbatasan dengan Iran, Tajikistan, dan Turkmenistan. Kini mereka tengah bergerak menguasai daerah pinggiran lainnya sebelum menuju Kabul. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement