REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Asosiasi Pesantren Islam Nahdlatul Ulama (NU), Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) PBNU merespons revolusi industri 4.0 dengan menyelenggarakan Program Laptop for Builders.
Dalam program ini, RMI PBNU bekerjasama dengan Amazon Web Services (AWS) Indonesia untuk membekali para santri agar memiliki kemampuan teknologi.
Ketua Umum Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI) PBNU, KH Abdul Ghaffar Rozin, mengatakan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi atau yang disebut dengan revolusi industri 4.0 harus direspons kalangan pesantren dengan bertransformasi dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusianya.
Dengan adanya kerjasama ini, Gus Rozin berharap para santri di pesantren memiliki kemampuan untuk merespons kemajuan teknologi. “Santri diharapkan tidak hanya ahli dalam ilmu agama, menjadi penerus para ulama, dan penjaga moral tapi lebih dari itu yakni memiliki karakter dan life skill dalam merespons kemajuan teknologi,” ujar pria yang akrab dipanggil Gus Rozin ini saat dikonfirmasi Republika.co.id, Ahad (11/7).
Gus Rozin menjelaskan, bentuk program ini adalah webinar dan pelatihan-pelatihan bagi santri yang terbagi dalam kelompok master trainer dan teachers. Program ini diikuti oleh 20 pesantren yang masing-masing mengirimkan satu master trainer dan empat teachers.
Program yang telah berjalan sejak bulan Desember 2020 ini sudah menyelesaikan materi pelatihan berupa pembuatan website, pembuatan aplikasi android, cloud computing 101, cloud literacy (inventor), AWS cloud basic, data scientist, dan materi lainnya. Semua program pelatihan tersebut menggunakan sistem AWS service dan AWS educate K-12.
“Output dengan diberikannya materi-materi dari program ini adalah agar supaya santri dapat mengenal dasar dari teknologi cloud computing. Kemudian para santri juga didorong agar supaya belajar secara mandiri dengan fasilitas yang sudah diberikan baik berupa laptop maupun akses gratis melalui AWS educate tentang teknologi cloud computing,” ucapnya.
Menurut Gus Rozin, program ini akan memberikan manfaat kepada santri khususnya dan untuk pesantren dan umat Islam pada umumnya dalam pemanfaatan teknologi.
“Target dari program ini adalah santri mampu membuat website secara mandiri, website untuk informasi, pengembangan dakwah dan publikasi ilmu-ilmu khas pesantren dan dalam jangka panjang santri dapat berkontribusi lebih luas dalam industri startup di Indonesia,” kata Gus Rozin.
Sebagai informasi, 20 Pesantren peserta dalam program ini di antaranya Pesantren Al-Burdah, Pesantren Aswaja Nusantara, Pesantren Annur Garut, Pesantren Rodlotul Mubtadi’in, Pesantren Mambaus Sholihin Suci, Pesantren Nuril Anwar Maron, Pesantren Al-Iman, dan Pesantren Maunah.
Selain itu, ada juga Pesantren Darussalam Subah, Pesantren Maslakul Huda, Pesantren Qothrotul Falah, Pesantren Al-Badi’iyah, Pesantren Darunnajaa, Pesantren Ekonomi Darul Ukhwah, Pesantren Langitan, Pesantren Darul Ulum Poncol, Pesantren Tremas, Pesantren Luhur Ats-Tsaqafah, Pesantren Fathurrabbaniy, dan Pesantren Sanam.