REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Wali Kota Bogor, Jawa Barat, Bima Arya mengatakan kondisi sebagian besar rumah sakit di Kota Bogor relatif sama, yakni krisis ketersediaan gas oksigen dan oksigen liquid untuk terapi pasien COVID-19. Karena itu, sebagian besar rumah sakit di Kota Bogor membutuhkan tambahan pasokan.
Bima Arya mengatakan hal itu di Kota Bogor setelah melakukan pengecekan ketersediaan gas oksigen dan oksigen liquid di sejumlah rumah sakit di Kota Bogor, Ahad (11/7). Sebelumnya, Bima Arya melakukan rapat koordinasi, di Balai Kota Bogor.
Beberapa rumah sakit yang dicek ketersediaan gas oksigen dan oksigen liquidnya antara lain, Rumah Sakit PMI, Rumah Sakit Medika Dramaga, dan Rumah Sakit Mulia. "Ketersediaan oksigen di rumah sakit di Kota Bogor dipasok dari enam filling station oxygen, tapi saat ini pasokannya berkurang, sehingga belum memenuhi kebutuhan," kata Bima Arya yang didampingi Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor, Sri Nowo Retno.
Menurut Bima, ada enam rumah sakit di Kota bogor dengan pasokan besar karena memiliki tangki oksigen liquid, tapi hanya dapat bertahan dua sampai tiga hari. "Di Rumah Sakit Mulya ini tadi malam krisis oksigen. Kalau tadi pagi tidak ada tambahan pasokan oksgen, maka bisa kehabisan. Tadi ada pasokan sedikit, tapi perlu tambahan pasokan lagi," katanya.
Bima menjelaskan, untuk mengatasi krisis oksigen di rumah sakit di Kota Bogor, dirinya sudah menghubungi Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut B Panjaitan, dan mendapat jawaban akan membantu tambahan pasokan. "Pak Luhut berjanji akan menambah pasokan gas oksigen dari dua filling station oxygen lagi, yakni dari Cileungsi dan Citeureup di Kabupaten Bogor," katanya.
Menurut Bima Arya, dirinya meminta tambahan pasokan oksigen liquid paling tidak 5 ton dari satu filling station. Jadi tambahannya, 10 ton dari dua filling station, sehingga bisa mencukupi kebutuhan oksigen di rumah sakit di Kota Bogor.
"Rumah sakit harus sering berkomunikasi, sehingga ketika terjadi kondisi darurat, bisa diatasi bersama-sama," katanya.