REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Pihak berwenang kesehatan mengatakan kasus infeksi virus Corona di Libya melonjak ke titik yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Sementara program vaksinasi berjalan lambat.
Selain itu muncul kekhawatiran mengenai varian Delta yang sangat menular. Pusat Pengendalian Penyakit Nasional (NCDC) Libya mengatakan sejak 1 Juli lalu kasus infeksi di negara kaya minyak itu meningkat enam kali lipat.
"Kami menghadapi situasi yang tak pernah terjadi sebelumnya," kata dokter senior NCDC, Tareq Gibrel, Ahad (11/7).
"Konstannya kenaikan kurva kasus baru menunjukkan kami bersiap gelombang ketiga, terutama sekarang varian delta menyebar di negara-negara tetangga, kami dalam posisi sulit," tambahnya.
Pada Sabtu (10/7) kemarin negara Afrika Utara itu mencatat 2.854 kasus infeksi baru. Naik 719 kasus dibandingkan pekan sebelumnya.
Sejauh ini Libya sudah mencatat lebih dari 200 ribu kasus infeksi termasuk 3.232 kasus kematian. Angka sebenarnya diyakini jauh lebih tinggi lagi karena kelangkaan tes dan melemahnya sistem kesehatan negara yang sudah didera perang sipil selama satu dekade.