Senin 12 Jul 2021 14:27 WIB

Sepenggal Sejarah di Balik Nama KRI Teluk Youtefa

Hari ini, KSAL meresmikan kapal angkut tank KRI Teluk Youtefa-522.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Ratna Puspita
Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Teluk Youtefa-522
Foto: dok. Kolinlamil
Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Teluk Youtefa-522

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada sejarah di balik nama Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Teluk Youtefa-522. Nama kapal tersebut, yakni Teluk Youtefa, diambil dari suatu nama teluk di wilayah garis pantai Kota Jayapura, Papua.

"Diambil dari sebuah nama Teluk Youtefa berada di wilayah garis pantai kota Jayapura yang berada  di  dalam Teluk Yos Sudarso atau dikenal dengan juga sebagai Teluk Humboldt," ujar Kepala Dinas Penerangan Kolinlamil, Kolonel Laut (P) Widyo Sasongko, di Dermaga Pondok Dayung, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin (12/7).

Baca Juga

Teluk Youtefa pertama kali didatangi oleh orang eropa pada 1827 ketika Dumont d'Urville, penjelajah Prancis, dengan kapal astrolabe berlabuh di daerah   tersebut. Pada saat itu, Dumont tidak melakukan kontak dengan penduduk setempat.

"Namun pada tahun 1858 ketika suatu komisi di bawah HDA Van Der Goes dengan Kapal Etna berlabuh di Teluk Youtefa dan mengibarkan bendera Belanda untuk pertama kalinya," jelas dia.

Kemudian, pada saat terjadinya Perang Pasifik, dalam waktu singkat Jepang menguasai seluruh pasifik, termasuk Pantai Utara Papua. Belanda yang menguasai Papua tidak berdaya melawan Jepang dan pada akhirnya mundur ke Australia.

Setelah itu, bala tentara Jepang mendarat di kawasan Teluk Youtefa. Jepang kala itu menilai kondisi geologi dan struktur tanah di pantai Papua sebagian besar berbatu. Kondisi itu dinilai menjamin tidak akan ada proses pendangkalan pantai, sehingga memungkinkan bertambatnya kapal-kapal berukuran relatif besar.

"Yang digunakan sebagai tempat pertukaran antarkomoditas dan secara perlahan menjadikan Hollandia, nama Jayapura kala itu, tumbuh menjadi kota pelabuhan dan kota perdagangan regional, bahkan sebagai pusat kekuasaan," terang Widyo.

Pada 1942, Jepang mengalami kekalahan dalam pertempuran laut Karang dan Midway. Kejadian itu merupakan titik balik bagi sekutu. Serbuan sekutu ke Hollandia menandai berakhirnya pendudukan Jepang atas Hollandia. Puncaknya terjadi pada 22 april 1944, ketika armada sekutu dengan jumlah yang begitu besar mendekati pantai Hollandia.

"Tidak kurang 215 kapal perang dan 800 pesawat terbang membayangi kesatuan-kesatuan sekutu yang mendarat dari dua arah, yaitu dari Teluk Tanah Merah (Depapre) dan Teluk Youtefa (Pantai Hamadi)," kata dia.

Operasi itu diberi sandi “reckless” dengan dipimpin Jenderal Douglas Mac Arthur. Dia dibantu Laksamana DE Barbey dan Letnan Jenderal RL Eichelberger dari atas kapal induk Nashville.

"Pukul 10.00 pagi tanggal 22 april 1944 Jenderal Douglas Mac Arthur mendarat di pantai Hamadi," kata Widyo.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement