Senin 12 Jul 2021 15:38 WIB

Euro 2020 Usai: Kasihan Jerman, Brasil, dan Indonesia

Ternyata dengan semua kejadian manusia begitu rapuh dan dunia begitu fana

Red: Muhammad Subarkah
Wisatawan menggunakan masker wajah di stasiun kereta Gare du Nord di Paris, Senin (4/5). Eurostar mewajibkan semua penumpang untuk mengenakan masker wajah sebagai pencegahan penyebaran coronavirus mulai Senin 4 Mei 2020.
Foto: AP / Christophe Ena
Wisatawan menggunakan masker wajah di stasiun kereta Gare du Nord di Paris, Senin (4/5). Eurostar mewajibkan semua penumpang untuk mengenakan masker wajah sebagai pencegahan penyebaran coronavirus mulai Senin 4 Mei 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh:  Jaya Suprana, Budayawan, Penggagas Rekor MURI, Pendiri Sanggar Pembelajaran Kemanusiaan

Tampaknya saya memang harus siap menerima nasib nahas bahwa semua jagoan saya perlaya di Piala Eropa dan Piala Amerika maupun kualifikasi Piala Dunia antar negara-negara Asia-Pasifik pada masa pagebluk Corona jilid dua .

JERMAN

Sementara Jerman berjaya di gelanggang pertempuran melawan Corona, ternyata harus bertekuk lutut di gelanggang pertempuran melawan kesebelasan sesama negara Eropa. Saya menjagokan Jerman bukan dengan alasan rasional kehebatan main sepakbola yang sempat mencapai puncak kedahsyatan pada masa Beckenbauer, Mueller, Netzer, Vogt.

Namun karena alasan emosional personal subyektif akibat pada dasawarsa 70an abad XX saya pernah belajar dan mengajar sedasarwarsa di Jerman justru pada masa puncak kejayaan sepakbola Jerman sedang tanpa tandingan di planet bumi ini. 

BRASIL

Saya pengagum Pele. Kekaguman saya terhadap Pele serupa dengan kekaguman saya terhadap Tan Yoe Hok yang berjaya membawa bulutangkis Indonesia menjadi nomor wahid di dunia. Pele pun berjaya membawa sepakbola Brasil ke jenjang tahta singgasana tertinggi di dunia.

Brasil menjuarai Piala Dunia lima kali. Maka saya mengharap Brasil berjaya mengungguli Argentina di final Piala Amerika meski Corona masih menggila. Apalagi Brasil diuntungkan akibat lokasi final Copa America Conmebol 2021 diselenggarakan stadion legendaris Maracana di Rio de Jainero . 

INDONESIA

Wajar bahwa sebagai warga Indonesia saya menjagokan tim nasional Indonesia. Wajar jika saya berharap tim nasional Indonesia bisa ikut berlaga di gelanggang perebutan Piala Dunia di Qatar pada tahun 2022.

Begitu dahsyat gelora harapan saya sehingga saya yang tidak becus menendang bola ini memaksakan diri untuk sempat menulis buku berjudul “Mendamba Indonesia Ikut Berlaga di Piala Dunia” yang pada tahun 2019 diterbitkan Elex Media Komputindo Gramedia. Sayangnya, ternyata harapan saya kini kandas akibat tim nasional Indonesia sudah gugur pada babak kualifikasi Piala Dunia tingkat Asia-Pasifik.

SEDIH GANDA

Kini saya sedih dalam dua hal. Pertama saya sedih akibat tiga harapan saya terbukti gagal menjadi kenyataan. Kedua saya sedih akibat memang masih ada hari esok bagi Jerman, Brasil dan Indonesia tetapi belum tentu saya masih hidup untuk dapat menyaksikan tiga harapan saya akhirnya diperkenankan Yang Maha Kuasa untuk menjadi kenyataan.

Itu karena apa pun yang terjadi mau pun tidak terjadi termasuk sepakbola mau pun mati-hidup manusia, termasuk saya di alam semesta ini, sepenuhnya mutlak tergantung pada Kehendak dan Perkenan Yang Maha Kuasa. AMIN

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement