Senin 12 Jul 2021 16:15 WIB

Rakyat Haiti Rencanakan Protes Pembunuhan Presiden

Warga Haiti di beberapa bagian ibu kota Port-au-Prince merencanakan protes pekan ini

Rep: Fergi Nadira/ Red: Christiyaningsih
 Gerbang masuk ke Haiti ditutup terlihat dari Jimani, Republik Dominika, Kamis, 8 Juli 2021. Presiden Dominika Luís Abinader memerintahkan penutupan perbatasan pada Rabu, setelah pemerintah Haiti melaporkan bahwa tim pria bersenjata telah membunuh Presiden Jovenel Moïse.
Foto: AP/Matias Delacroix
Gerbang masuk ke Haiti ditutup terlihat dari Jimani, Republik Dominika, Kamis, 8 Juli 2021. Presiden Dominika Luís Abinader memerintahkan penutupan perbatasan pada Rabu, setelah pemerintah Haiti melaporkan bahwa tim pria bersenjata telah membunuh Presiden Jovenel Moïse.

REPUBLIKA.CO.ID, PORT AU PRINCE - Foto dan gambar sinar-X yang beredar di media sosial pada akhir pekan diklaim sebagai hasil dari autopsi Presiden Haiti Jovenel Moise. Gambar itu menunjukkan tubuhnya penuh dengan lubang peluru, tengkorak retak, dan tulang patah. Foto tersebut menggarisbawahi brutalnya serangan yang menewaskan presiden.

Melalui media sosial, warga Haiti di beberapa bagian ibu kota Port-au-Prince merencanakan protes pekan ini terhadap perdana menteri sementara dan penjabat kepala negara Claude Joseph. Hak Joseph untuk memimpin negara telah ditentang oleh politisi senior lainnya.

Baca Juga

Penentangan mengemuka karena hal itu bakal mengancam akan memperburuk kekacauan yang melanda negara termiskin di Amerika tersebut. Pada Sabtu pekan lalu salah satu pemimpin geng terkemuka Haiti, Jimmy Cherizier, mantan perwira polisi yang dikenal sebagai Barbekyu mengatakan anak buahnya akan turun ke jalan untuk memprotes pembunuhan presiden.

Cherizier, bos dari federasi G9 dari sembilan geng, mengatakan polisi dan politisi oposisi telah bersekongkol dengan "borjuasi busuk" untuk mengorbankan Moise. Pada Ahad malam, tembakan terdengar di ibu kota, yang telah mengalami gelombang kekerasan geng dalam beberapa bulan terakhir, menggusur ribuan warga dan menghambat kegiatan ekonomi.

Kepala Kepolisian Nasional Haiti, Leon Charles, menjelaskan kelompok yang membunuh Moise terdiri dari dua orang berkewarganegaraan Amerika dan 26 orang berkewarganegaraan Kolombia. Para pejabat mengatakan sebelumnya bahwa empat tersangka telah tewas dalam baku tembak dengan polisi dan lima tersangka masih buron.

Sebuah laporan di majalah Kolombia, Semana, yang mengutip sumber anonim menyatakan mantan tentara Kolombia pergi ke Haiti setelah disewa untuk melindungi Moise. Konon, Moise telah menerima ancaman pembunuhan.  

Semana menerbitkan kutipan dari pesan WhatsApp yang dikirim oleh salah satu orang Kolombia yang berada dalam penjara, yaitu mantan sersan tentara bernama Angel Mario Yarce. Ketika itu, Yarce memberitahu istrinya bahwa tugas mereka adalah memberikan perlindungan yang dekat kepada pejabat tinggi.

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement