Selasa 13 Jul 2021 07:30 WIB

PM Belanda Minta Maaf karena Cabut Pembatasan Sosial

Pencabutan pembatasan sosial Belanda dilakukan pada saat kasus Covid-19 tinggi

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
PM Belanda Mark Rutte
Foto: EPA
PM Belanda Mark Rutte

REPUBLIKA.CO.ID, AMSTERDAM -- Perdana Menteri Belanda Mark Rutte pada Senin (12/7) mengakui bahwa, pemerintah terlalu cepat mengambil keputusan untuk mencabut pembatasan sosial. Rutte meminta maaf atas pencabutan pembatasan sosial di tengah kasus Covid-19 yang melonjak ke level tertinggi tahun ini.

"Apa yang kami pikir mungkin bisa diterapkan, ternyata dalam praktiknya tidak bisa. Kami memiliki penilaian yang buruk, yang kami sesali dan kami minta maaf," ujar Rutte.

Baca Juga

Permintaan maaf Rutte menandai perubahan tajam dari sikapnya. Sebelumnya, dia berulang kali mengatakan bahwa pelonggaran pembatasan sebagai langkah logis. Hal itu menuai kritik tajam dari otoritas kesehatan. Mereka mengatakan, pemerintah telah mendorong kaum muda untuk keluar rumah dengan pelonggaran pembatasan sosial.

Pada Jumat pekan lalu, Rutte memberlakukan kembali pembatasan di bar, restoran, dan klub malam. Pembatasan ini merupakan upaya menghentikan infeksi Covid-19 di kalangan orang dewasa muda. Pembatasan dilakukan dua minggu setelah sebagian besar tindakan penguncian dicabut karena kasus menurun.  

Kantor berita ANP melaporkan, sekitar 30 penyelenggara festival dansa dan acara besar lainnya, termasuk F1 Grand Prix Zandvoort mengajukan gugatan terhadap negara yang berusaha membatalkan pembatasan sosial. Grand Prix Belanda dijadwalkan berlangsung dari 3-5 September, tetapi bisa berisiko dibatalkan jika tingkat infeksi virus corona tidak turun.

Jumlah infeksi virus corona di Belanda telah melonjak delapan kali lipat dalam seminggu ke level tertinggi pada 2021. Lonjakan terjadi sejak bar, restoran, dan klub malam dibuka kembali.

Lonjakan infeksi tidak menyebabkan terjadinya peningkatan signifikan dari penerimaan rumah sakit Covid-19. Tetapi Menteri Kesehatan Belanda Hugo de Jonge memperingatkan bahwa, peningkatan infeksi dapat mengancam sistem kesehatan negara. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement