REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Striker timnas Inggris, Marcus Rashford, menyampaikan permohonan maaf kepada publik setelah gagal mengeksekusi tendangan penalti di final Euro 2020 kontra Italia, Senin (12/7) WIB. Namun, ia menegaskan tetap bangga dengan latar belakang dirinya.
Selepas pertandingan final itu, tiga pemain timnas Inggris, yakni Rashford, Jadon Sancho, dan Bukayo Saka mendapat diskriminasi rasialis dari sebagian orang. Kolom komentar akun media sosial mereka sempat dihujani berbagai hujatan tak sopan.
"Saya bisa menerima kritik tentang performa saya sepanjang hari. Tendangan penalti saya juga tidak bagus, seharusnya bisa masuk ke gawang. Tapi saya tidak akan meminta maaf hanya karena latar belakang saya," tulis Rashford di akun Twitter-nya, Senin (12/7).
Bomber Manchester United (MU) itu mengaku sangat menyesal dengan kegagalan yang mengakibatkan Inggris batal juara Euro untuk pertama kalinya. Ia bahkan menyebut bingung caranya menulis permohonan maaf terhadap publik.
"Saya sudah melewati musim kompetisi yang sulit. Sepertinya hal ini sudah jelas terlihat. Saya melangkah ke final dengan kepercayaan diri dan selalu berlatih penalti. Tapi ada satu hal yang tidak berjalan dengan baik," ujar Rashford.
Setelah pertandingan berakhir, Rashford sedih melihat rekan-rekannya kecewa. Sebab, ia merasa kekecewaan teman-temannya berasal dari kegagalan dirinya mengeksekusi penalti. Hal itulah yang membuatnya tertekan.
"Saya hanya diminta menendang penalti. Saya bisa mencetak gol di dalam mimpi, tapi mengapa saya gagal saat itu?" kata Rashford mengeluh. "Semua ini terus berputar di kepala saya. Sulit mencari kata untuk menggambarkan ini semua. Final, 55 tahun, satu penalti, sejarah. Yang bisa saya katakan adalah maaf. Saya berharap takdir ini dapat berbeda."