REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--PT Pertamina Internasional EP (PIEP) mencatat tambahan cadangan yang jauh diatas Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2020. Realisasi tambahan cadangan P1 sepanjang tahun lalu mencapai 24,7 juta barel setara minyak (Barrel Oil Equivalent/BOE) atau 450 persen dari target RKAP revisi 2020 dan lebih besar 349 persen dari tambahan P1 2019.
John Anis, Direktur Utama PIEP, mengungkapkan temuan ini berhasil melampaui target RKAP dengan kontribusi dari aset Algeria, Malaysia, dan lainnya.
“Penambahan cadangan P1 PIEP tahun 2020 ini berhasil meningkatkan rasio R/P (Reserve to Production) PIEP dari target 12,1 tahun menjadi 13,8 tahun atau yaitu 114 persen,” kata John, Selasa (13/7).
Selain itu, John menuturkan bahwa pada tahun lalu PIEP juga sukses menemukan sumber daya (2C) yang sebelumnya tidak masuk dalam RKAP revisi 2020.
Temuan sumberdaya 2C ini lebih besar dari capaian pada periode tahun 2019 dengan perbandingan sebesar 553,9 persen.“Harapannya ditahun mendatang tambahan cadangan dan temuan sumber daya semakin meningkat dengan adanya teknologi passive seismic yang sudah di implementasikan PIEP di wilayah kerjanya serta mendukung penambahan revenue dan laba perusahaan di masa mendatang,” ungkap John.
Dalam data Pertamina, PIEP telah berkontribusi sebanyak 13 kali pengapalan minyak mentah dari tiga wilayah aset PIEP ke kilang Pertamina dengan volume 6,7 juta barel dan memberikan nilai penjualan sebesar 269 juta dolar AS atau 74 persen dari total penjualan pada 2020.
John menegaskan dalam selama pandemi Covid-19 perusahaan berupaya seoptimal dan seefisien mungkin dalam mengoperasionalkan bisnis di luar negeri.
PIEP beroperasi di 13 wilayah luar negeri, di antaranya Malaysia, Irak, Algeria, Gabon, Tanzani dan Nigeria. PIEP merupakan Regional 5 di bawah Pertamina Hulu Energi sebagai subholding upstream.
PIEP ditargetkan bisa untuk mengisi gap dari supply and demand minyak dan gas nasional. Hingga akhir kuartal I tahun ini PIEP telah melakukan pengapalan minyak ke Indonesia dengan volume lebih dari 48 juta barrel senilai lebih dari 2,7 milliar dolar AS.