Selasa 13 Jul 2021 15:08 WIB

Terduga Pembunuh Presiden Haiti Klaim Dikirim oleh Tuhan

Sanon pernah mengatakan ia dikirim dalam misi Tuhan untuk menggantikan Presiden Moise

Rep: Fergi Nadira/ Red: Christiyaningsih
FILE - Dalam foto arsip 7 Februari 2020 ini, Presiden Haiti Jovenel Moise berbicara selama wawancara di rumahnya di Petion-Ville, pinggiran Port-au-Prince, Haiti. Sumber mengatakan Moise dibunuh di rumah, ibu negara dirawat di rumah sakit di tengah ketidakstabilan politik.
Foto: AP/Dieu Nalio Chery
FILE - Dalam foto arsip 7 Februari 2020 ini, Presiden Haiti Jovenel Moise berbicara selama wawancara di rumahnya di Petion-Ville, pinggiran Port-au-Prince, Haiti. Sumber mengatakan Moise dibunuh di rumah, ibu negara dirawat di rumah sakit di tengah ketidakstabilan politik.

REPUBLIKA.CO.ID, PORT AU PRINCE - Polisi mengindikasikan dokter Florida yang jadi terduga dalang pembunuhan Presiden Jovenel Moise memiliki niat untuk menjadi presiden Haiti. Namun banyak tokoh Haiti mengatakan bahwa Christian Emmanuel Sanon tak dikenal sebagai pemain politik utama.

Pada saat yang sama, seorang profesor universitas teknik sipil di Universitas Quisqueya di Port-au-Prince, Michael Plancher, mengatakan Sanon telah berbicara dirinya dikirim oleh Tuhan untuk mengambil alih kepresidenan Haiti. Profesor Plancher bertemu dengan Sanon dua kali pada bulan lalu.

Baca Juga

Dalam sebuah wawancara telepon pada Senin (12/7), profesor Plancher mengatakan ia telah menerima telepon untuk menghadiri pertemuan dengan Sanon yang katanya merencanakan kampanye politik. Profesor Plancher pun datang meski belum pernah mendengar tentang dokter tersebut.

Dia memutuskan datang setelah pencarian internet yang menunjukkan dokter Sanon adalah seorang pendeta yang telah melakukan kegiatan amal. Mereka kemudian melakukan pertemuan pertama dan pertemuan kedua pada 1 Juni.

Pertemuan awal diikuti satu atau dua hari kemudian dengan pertemuan selama satu jam dengan Sanon dan sekelompok enam sampai delapan orang. Kedua pertemuan itu terjadi di rumah yang sama di ibu kota, Port-au-Prince.

Di sana, katanya, Sanon menguraikan ambisi politiknya. "Dia bilang dia dikirim oleh Tuhan. Dia dikirim dalam misi Tuhan untuk menggantikan Moise," kata Profesor Plancher dikutip dari laman The New York Times, Selasa (13/7).

"Dia mengatakan presiden akan segera mengundurkan diri. Dia tidak mengatakan alasannya," ujarnya menambahkan.

Profesor Plancher mengungkapkan Sanon akan menerapkan Marshall Plan untuk menjalankan negara. Dia ingin mengubah bahasa Prancis sebagai bahasa resmi dan menggantinya dengan bahasa Inggris. "Dia tampak agak gila. Saya tidak ingin berpartisipasi lagi sejak itu," kata Plancher.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement