Selasa 13 Jul 2021 19:25 WIB

Peringatan Peningkatan Varian Delta di 11 Daerah Luar Jawa

Pengamatan ketat dilakukan Kemenkes cegah daerah tak sanggup tangani varian Delta.

Pengendara melintas di depan mural bertema Lawan Covid-19. Lima daerah di Sumatra, dua daerah di Kalimantan, dua daerah di Sulawesi, satu daerah di Papua dan satu di Nusa Tenggara diperingatkan untuk mewaspadai varian Delta.
Foto: ANTARA/Mohammad Ayudha
Pengendara melintas di depan mural bertema Lawan Covid-19. Lima daerah di Sumatra, dua daerah di Kalimantan, dua daerah di Sulawesi, satu daerah di Papua dan satu di Nusa Tenggara diperingatkan untuk mewaspadai varian Delta.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Antara, Rusdy Nurdiansyah, Rr Laeny Sulistyawati, Dessy Suciati Saputri

Menteri Kesehatan Budi Gunadi meminta 11 daerah di luar Pulau Jawa untuk mempersiapkan sarana dan prasarana kesehatan menyusul indikasi peningkatan penularan varian Covid-19 jenis Delta. Tanpa persiapan dan upaya menekan kasus, rumah sakit di 11 daerah luar Jawa tersebut dikhawatirkan tidak akan sanggup menangani penambahan kasus Covid-19.

Baca Juga

"Kita mengamati bahwa beberapa daerah di luar Jawa, kita sudah memberikan indikasi terjadi peningkatan penularan dan beberapa sudah kita konfirmasi ada varian Delta," katanya saat hadir secara virtual dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi IX DPR RI yang dipantau dari Jakarta, Selasa (13/7).

Budi mengatakan lokasi tersebut di antaranya ada lima daerah di Sumatra, dua daerah di Kalimantan, dua daerah di Sulawesi, satu daerah di Papua dan satu di Nusa Tenggara. Menurut Budi, sebanyak 11 daerah tersebut belum memiliki kemampuan sarana dan prasarana kesehatan yang maksimal baik seperti di DKI Jakarta maupun Pulau Jawa.

"Kita sudah sampaikan, harus kita amati dengan ketat karena kalau terjadi apa-apa di sana, kapasitas kesehatan mereka pasti jauh di bawah DKI Jakarta atau di bawah Jawa," katanya. Kemenkes bersama sejumlah lembaga pemerintah terkait sudah melakukan beberapa kali pembahasan untuk memastikan agar daerah di luar Pulau Jawa itu segara mempersiapkan rumah sakit, obat-obatan, oksigen dan sumber daya manusia (SDM).

"Tapi sekali lagi, kalau sudah sampai di rumah sakit, itu sudah di hilir dan itu sudah akibatnya. Kita harus benar-benar mendidik, mengajak semua rakyat agar di hulunya kita perketat," katanya.

Upaya memperketat mobilitas penduduk di daerah tersebut, kata Budi, diawasi pemerintah pusat melalui Google Mobility, Facebook Mobility, ataupun data dari satelit. "Kita mengharapkan turun 20 persen kegiatannya. Sekarang masih berkisar antara 6 persen sampai 16 persen. Kalau ini tidak cepat-cepat kita turunkan rumah sakitnya akan berat tekanannya," katanya.

Dokter spesialis paru dari RSUI, yaitu dr. Gatut Priyonugroho, Sp.P, menyampaikan tentang perbedaan Covid-19 Delta dengan varian lain, antara lain pada tingkat penularannya. "Virus Covid-19 varian Alpha dari UK bisa menular dari satu orang kepada enam orang, dan varian delta dari satu orang menularkannya kepada delapan orang. Angka tersebut tidak saklek, tapi menggambarkan bahwa semudah itu varian Covid-19 yang baru menular," ujar Gatut, Selasa (13/7).

Menurut Gatut, apabila seseorang yang sudah terinfeksi Covid-19 divaksinasi, maka antibodi naik, kecuali untuk varian Delta. "Ketika dia sudah kena varian Delta, terus divaksin, maka keefektifannya tidak sebaik seseorang yang belum terkena jenis varian tersebut," jelasnya.

Ia menyarankan pembersihan pada ruangan lebih utama daripada disinfeksi. "Kalau tangan kita kotor, jangan didisinfeksi saja tapi tidak dibersihkan. Bersihkan dulu menggunakan sabun, karena cara ini paling aman untuk merontokkan struktur virus yang hinggap pada tangan kita," terang Gatut.

Virus Covid-19 varian Delta memilki gejala hampir sama dengan varian lainnya, yaitu demam (94 persen), batuk (79 persen), sesak (55 persen), berdahak (23 persen), nyeri badan (15 persen), lelah (23 persen), sakit kepala (8 persen), rinorea (7 persen), batuk darah (5 persen), diare (5 persen), anosmia (3 persen), dan mual (4 persen). Jika seseorang terkena Covid ringan, pada umumnya ia baik-baik saja (0,1 persen memberat).

Gatut meluruskan kesalahpaham di masyarakat bahwa penyintas Covid-19 (mereka yang sudah sembuh dari Covid-19) akan lebih kebal terhadap virus tersebut. "Mereka yang pernah kena Covid-19 bukan berarti dia sudah menumbuhkan antibodi, tetapi itu juga tandanya dia terbukti rentan terkena Covid-19, karena virus itu cocok dengan tubuhnya sehingga mudah masuk. Maka kita juga cukup sering menemukan kasus orang yang terinfeksi virus Covid-19 untuk yang kedua kalinya," ujarnya.

Ia mengungkapkan, berdasarkan informasi yang bersumber dari WHO, pasien dapat dikeluarkan dari isolasi setelah sepuluh hari positif SARS CoV2 (Asimptomatik), dan sepuluh hari sesudah on set gejala dan terbebas dari gejala (simptomatik). "Masyarakat yang sudah terbebas dari isoman maupun isolasi di rumah sakit, harus tetap mematuhi protokol kesehatan dan menerapkan pola hidup bersih dan sehat," tutur Gatut.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement