REPUBLIKA.CO.ID, HANOI -- Vietnam akan menawarkan vaksin virus corona yang dikembangkan bersama oleh Pfizer dan BioNTech sebagai opsi dosis kedua. Ini juga akan menjadi yang pertama kali diinokulasi dengan vaksin AstraZeneca, kata pemerintah pada Selasa (13/9).
Kampanye inokulasi massal Vietnam masih dalam tahap awal, dengan kurang dari 300.000 orang telah divaksin penuh sejauh ini. Vietnam telah menggunakan vaksin vektor virus AstraZeneca dan pekan lalu menerima pengiriman 97.000 dosis suntikan mRNA Pfizer-BioNTech.
"Vaksin Pfizer akan diprioritaskan untuk orang yang diberi suntikan pertama, dan AstraZeneca 8-12 pekan sebelumnya," kata pemerintah dalam sebuah pernyataan, dilansir dari reuters, Selasa.
Beberapa negara, termasuk Kanada, Spanyol, dan Korea Selatan, telah menyetujui pencampuran dosis tersebut terutama karena kekhawatiran tentang pembekuan darah yang jarang dan berpotensi fatal terkait dengan vaksin AstraZeneca. Sebuah penelitian di Spanyol menemukan bahwa kombinasi Pfizer-AstraZeneca sangat aman dan efektif, menurut hasil awal.
Namun, kepala ilmuwan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyarankan untuk tidak mencampur dan mencocokkan vaksin COVID-19, dengan menyebutnya sebagai "tren berbahaya". Pasalnya, hanya ada sedikit data yang tersedia tentang dampak kesehatan.
Vietnam telah berusaha untuk mempercepat kampanye vaksinasi ketika laju infeksi meningkat, setelah mencapai rekor harian delapan kali bulan ini. Negara itu melaporkan 2.031 infeksi baru pada Selasa, sebagian besar di Ho Chi Minh City.
Sebelum Mei 2021, tercatat kurang dari 3.000 kasus virus corona secara total. Beban kasusnya sekarang 34.500, dengan 130 kematian. Vietnam mengatakan pada Selasa akan segera menerima 1,5 juta dosis vaksin AstraZeneca yang disumbangkan oleh Australia dan kiriman tambahan satu juta dosis vaksin dari Jepang pekan ini.