REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Sepak Bola Eropa (UEFA) pada Selasa (13/7) mengumumkan dimulainya penyelidikan disipliner dan mendakwa Asoasiasi Sepak Bola Inggris (FA), atas gangguan keamanan yang terjadi dalam laga final Euro 2020 antara Italia melawan Inggris di Wembley, London, Inggris, Ahad (11/7) lalu. UEFA juga menyatakan telah menunjuk penyelidik etik dan disipliner untuk melakukan penyelidikan berbeda terhadap kejadian melibatkan suporter di dalam dan sekitar stadion.
Dikutip dari Reuters, Rabu (14/7), final yang dimenangi Italia berkat adu penalti itu dinodai bentrokan antara suporter dengan petugas keamanan di dalam dan sekitar stadion. Kepolisian Inggris menyatakan 19 petugas terluka dan sejauh ini polisi telah menangkap 86 orang terkait insiden tersebut, 53 di antaranya dilakukan langsung di sekitar Wembley.
Dakwaan terhadap FA meliputi, penerobosan suporter ke dalam lapangan, pelemparan benda-benda ke dalam lapangan oleh suporter, gangguan suporter saat pemutaran lagu kebangsaan, dan tindakan menyalakan kembang api. Gelombang cemoohan terdengar ketika lagu kebangsaan Italia diputar sebelum sepak mula, sedangkan seorang penerobos lapangan mengganggu jalannya laga pada pengujung babak kedua.
"Kasus akan ditangani oleh Badan Pengendalian, Etik, dan Disipliner UEFA sesuai prosedur," demikian pernyataan UEFA.
Penyelidikan ini jadi pukulan berikutnya bagi Inggris yang sudah gagal juara dalam final Euro perdananya. Ini menyusul hukuman denda 30 ribu euro yang dijatuhkan FA pekan lalu lantaran insiden penyorotan laser ke kiper Denmark Kasper Schmeichel dalam laga semifinal. Di antara semua kekacauan laga final Euro 2020, pembalap tim McLaren F1 Lando Norris mengalami pencurian yang menyebabkan hilangnya jam tangan mewah seharga 40 ribu poundsterling atau Rp 806 juta.