REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI--Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi mengatakan tak ada perbedaan perawatan medis bagi pejabat dan rakyat biasa di rumah sakit (RS) di tengah banyaknya pasien Covid-19 yang menjalani perawatan.
Hal ini mengingat mendiang Bupati Bekasi Eka Supria Atmaja yang sempat tak mendapatkan ruang intensive care unit (ICU) di Kabupaten Bekasi hingga dilarikan ke RS Siloam, Tangerang. "Persoalannya bukan siap atau tidak, persoalannya kalau wali kota, bupati, dengan rakyat biasa, apa bedanya? Sama kan? Sama-sama nyawa, sama-sama membutuhkan hidup," kata Pepen, sapaan akrabnya kepada wartawan beberapa waktu lalu.
Di sisi lain, kondisi ruang perawatan di RSUD maupun ICU saat ini memang dalam kondisi penuh. Untuk itu, harus ada aspek sosial kemanusiaan yang dikedepankan, apalagi jika dalam kondisi darurat.
Tentu tidak dimungkinkan bagi pasien yang sedang dalam ICU dipindahkan lebih dulu. Sebelumnya, diberitakan Bupati Bekasi sempat tak dapat ruang ICU saat mengalami sesak napas pada Jumat (2/7) lalu.
"(RS) di sini peralatannya memadai semua. Memang penuh semua. Kita coba cari, tapi semua penuh. Kan enggak mungkin orang yang di ICU kita keluarin dulu. Kan Pak Bupati enggak begitu," ujar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi Sri Enny Mainarti, beberapa waktu lalu. Eka meninggal dunia setelah mengalami henti jantung sebanyak dua kali. Ia terkonfirmasi positif Covid-19 dan menjalani perawatan intensif di ICU RS Siloam, Tangerang.