Rabu 14 Jul 2021 15:48 WIB

Perajin Peti Mati di Solo Kewalahan Penuhi Permintaan

Kenaikan permintaan peti mati terasa sejak bulan lalu.

Rep: Binti Sholikah/ Red: Dwi Murdaningsih
Petugas menurunkan peti jenazah dari mobil ambulan untuk dimakamkan di TPU khusus Covid-19.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Petugas menurunkan peti jenazah dari mobil ambulan untuk dimakamkan di TPU khusus Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Sejumlah pedagang peti mati di Kota Solo kewalahan lantaran adanya lonjakan permintaan peti mati di tengah meningkatnya kasus kematian akibat Covid-19. Bahkan, mereka sampai menolak permintaan pesanan.

Salah satu pedagang peti mati di Solo, Ny Bambang, mengaku kenaikan permintaan peti mati terasa sejak bulan lalu. Permintaan peti mati di Pusat Toko Peti Mati Bangoen Indah tersebut meningkat terus sampai ditolak-tolak.

Baca Juga

"Karena sudah tidak ada bahannya, jadi tidak terkejar antara produksi sama permintaannya. Iya ini baru pertama kali. Kalau sebelumnya kan pasti bisa stok, produksi bisa stok, kalau ini sampai habis memang," terangnya saat dihubungi wartawan, Rabu (14/7).

Menurutnya, kekosongan stok sudah terjadi sejak dua pekan lalu, bahkan sebelum diterapkannya pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) Darurat. Selama ini, toko tersebut melayani pesanan dari wilayah Solo. Namun, sejak adanya lonjakan kematian akibat Covid-19, pesanan juga datang dari wilayah lain seperti Semarang.

"Terbanyak sehari itu 10 lebih. Itu pun tidak termasuk yang kami tolak. Kalau sekarang banyak nolaknya karena tidak kekejar produksinya," imbuh Ny Bambang.

Selain meningkatnya permintaan, kendala lainnya dari suplai bahan berupa kayu. Selama ini, bahan-bahan pembuatan peti mati didatangkan dari luar kota, seperti Wonogiri dan Klaten.

"Bahannya kosong juga. Dari suplayer kayunya juga mereka kesulitan, entah kendalanya apa kami tidak tahu, mungkin karena cuaca atau bagaimama, memang stoknya yang tidak ada jadi susah," ucapnya.

Pedagang lainnya, Endang, mengaku sejak sebulan lalu stok peti mati di tokonya selalu kosong lantaran terkendala distribusi bahan yang kurang lancar. Selain kayu, bahan lainnya juga sulit didapatkan lantaran Pasar Klewer tutup selama penerapan PPKM Darurat.

Karenanya, Toko Peti Jenazah Maju Jaya itu sampai menolak pesanan peti mati. Kekosongan bahan diakui terjadi bulan ini, sedangkan bulan sebelumnya masih lancar. Endang menyatakan, sebagian besar warga di kampungnya di Kelurahan Joyosuran, Kecamatan Pasar Kliwon, memproduksi peti mati.

"Kami sampai 24 jam diorder terus, akhirnya pada kewalahan. Soalnya dari Semarang juga ambil kesini, jadi yang di Solo kekurangan," ungkap Endang.

Endang juga mengaku mendapat permintaan peti mati dari sejumlah rumah sakit di Solo. Saat ini, mengutamakan permintaan peti mati dari rumah sakit terlebih dahulu.

"Untuk langganan ya sementara dipending dulu karena barangnya tidak ada, kami kan memenuhi yang di Solo dulu. Kalau yang luar kota dulu kami bisa mengirim sampai ke Wonogiri, Sragen, dan Boyolali," ucap Endang.

Endang menambahkan, saat ini tokonya masih memproduksi peti mati, tetapi sudah dipesan semua. Bahan baku juga sudah mulai datang, dan diharapkan pasokan kayu tidak tersendat.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement