Rabu 14 Jul 2021 16:12 WIB

Akses Internet di Sekolah Bisa Dongkrak PDB 20 Persen

Akses internet di sekolah juga dapat membantu siswa untuk lebih maju,

Rep: Eric Iskandarsjah Z/ Red: Dwi Murdaningsih
Tiga siswa menggunakan layanan panggilan video melalui telepon pintar dalam pembelajaran daring sekolah di Pulau Sabira, Kabupaten Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, Jumat (18/6/2021). Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menargetkan dapat membangun 9.113 BTS 4G hingga 2022 sehingga jaringan internet 4G dapat dihadirkan di 12.548 desa/kelurahan wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T), agar kesenjangan digital di Tanah Air dapat dipangkas.
Foto: ANTARA/Aditya Pradana Putra
Tiga siswa menggunakan layanan panggilan video melalui telepon pintar dalam pembelajaran daring sekolah di Pulau Sabira, Kabupaten Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, Jumat (18/6/2021). Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menargetkan dapat membangun 9.113 BTS 4G hingga 2022 sehingga jaringan internet 4G dapat dihadirkan di 12.548 desa/kelurahan wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T), agar kesenjangan digital di Tanah Air dapat dipangkas.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa tahun belakangan, akses internet jadi salah satu komoditas krusial. Selain mampu menunjang bisnis, konektivitas juga sangat berperan bagi jalanya kegiatan belajar mengajar di sekolah.

Lewat keterangan pers kepada Republika.co.id pada Selasa (13/7), laporan Economist Intelligence Unit (EIU), yang didukung Ericsson menemukan bahwa negara dengan konektivitas broadband yang rendah memiliki peluang untuk meningkatkan produk domestik bruto (PDB) hingga 20 persen dengan cara memperluas akses internet ke sekolah.

Baca Juga

Apalagi, saat ini, sistem pendidikan di seluruh dunia terdampak pandemi. Hal ini dibuktikan dengan lebih dari 190 negara menutup sekolah secara nasional. Selama masa ini, konektivitas di rumah memastikan pembelajaran dapat berlangsung untuk setidaknya 100 juta dari 1,6 miliar siswa putus sekolah di seluruh dunia.

Penutupan sekolah yang dilakukan sementara telah mengubah pandangan mengenai perlunya konektivitas sekolah guna mendukung pembelajaran dan menjembatani pendidikan serta mengurangi kesenjangan digital.

Akses internet di sekolah juga dapat membantu memberikan kesempatan setara kepada siswa dalam bentuk peningkatan pembelajaran dan keterampilan, yang pada akhirnya membuka akses ke jalur karir baru dan mutu hidup yang lebih baik, sehingga dapat menguntungkan setiap orang maupun masyarakat pada umumnya.

World Economic Forum Global Competitiveness Index (2017) dan World Bank Human Capital Index (2017) pun menunjukkan hubungan yang jelas antara akses internet dengan mutu pendidikan. Analisis EIU menunjukkan bahwa apabila konektivitas sekolah di suatu negara meningkat 10 persen, maka PDB per kapitanya pun meningkat sebesar 1,1 persen.

Meskipun tingkat penetrasi internet dunia telah meningkat secara substansial dari 17 persen pada 2005, persentase penetrasi ini masih berada di tingkat moderat, hanya sedikit di atas 50 persen pada 2021, dan tidak merata di seluruh wilayah. Di Nigeria, negara di Afrika Barat, laporan tersebut menemukan bahwa peningkatan konektivitas sekolah ke tingkat Finlandia dapat meningkatkan PDB per kapita hampir 20 persen - dari minimum 550 dolar AS per orang, menjadi 660 dolar AS per orang pada 2025.

Laporan ini pun mengangkat empat langkah utama untuk menciptakan perubahan yakni kerja sama, aksesibilitas,  penggunaan internet dan alat digital dalam pendidikan dan perlindungan anak di internet.

Poin keempat itu jadi sangat penting demi memastikan lingkungan belajar daring menjadi sehat dan terlindungi. Penggunaan internet harus dikelola dengan baik guna memastikan penggunaan yang aman dan terjamin.

Laporan ini juga menyarankan agar para pemimpin sektor publik, swasta dan LSM di seluruh dunia dapat menciptakan dampak besar guna menjembatani kesenjangan digital dengan menggabungkan kekuatan agar konektivitas internet menjadi kenyataan global bagi anak-anak sekolah.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement