REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Delegasi pemerintah Afghanistan akan bertemu dengan Taliban di Doha, Qatar, kemungkinan pada Jumat (16/7). Pertemuan ini kembali terjadi untuk memulai proses perdamaian yang telah lama terhenti.
Pejabat pemerintah Afghanistan yang berbicara dengan syarat anonim, menyatakan Taliban diperkirakan akan membawa para pemimpin senior ke meja perundingan ketika kedua belah pihak bertemu. Taliban selama ini mempertahankan kantor politik di ibu kota Qatar.
Pembicaraan Doha akan dipimpin oleh pejabat senior pemerintah yang mengepalai dewan rekonsiliasi Afghanistan, Abdullah Abdullah. Mantan Presiden Hamid Karzai juga diharapkan menjadi salah satu delegasi.
Negosiasi tersebut bertujuan untuk mengakhiri kekerasan yang terus meningkat sejak Amerika Serikat (AS) menandatangani kesepakatan dengan Taliban pada Februari tahun lalu. Karzai meminta pemerintah untuk tidak melewatkan kesempatan dan terus maju menuju perdamaian.
Karzai juga menyatakan harapan bahwa suatu hari Afghanistan akan memiliki perempuan sebagai presiden. Dia mendesak perempuan untuk tetap dalam pekerjaan dan melanjutkan pendidikan mereka. "Negara ini memiliki segalanya, pemuda, orang-orang terpelajar. Saya menyerukan kepada generasi muda untuk tidak meninggalkan negara Anda, tetap di sini. ... Anda harus percaya pada negara Anda, perdamaian akan datang," kata Karzai.
Dorongan baru untuk mencapai kesepakatan damai datang ketika AS mengurangi kehadiran militernya di Afghanistan. Komandan AS Jenderal Scott Miller baru-baru ini memperingatkan bahwa meningkatnya kekerasan sangat merusak peluang Afghanistan untuk menemukan akhir damai dari perang selama beberapa dekade.
Pada saat yang sama, Taliban telah menguasai sebagian besar negara itu. Meskipun jumlah pasti distrik yang sekarang di bawah kendali Taliban tidak diketahui, diyakini bahwa mereka sekarang memerintah di lebih dari sepertiga dari 421 distrik dan pusat distrik Afghanistan.
Beberapa distrik strategis berbatasan dengan Iran, Uzbekistan dan Tajikistan telah dikendalikan milis tersebut. Lonjakan itu juga mengungkap kelemahan dalam Pasukan Keamanan dan Pertahanan Nasional Afghanistan.
Banyak distrik jatuh tanpa perlawanan dan lebih dari 1.000 tentara melarikan diri ke Tajikistan. Ada laporan berulang tentang pasukan yang tidak dipasok kembali atau dibiarkan tanpa bala bantuan. Mereka sering kalah senjata dan kalah jumlah oleh musuh.