REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Israel akan memberlakukan sistem voucer untuk bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza. Hal itu sebagai untuk mencegah agar bantuan kemanusiaan tidak dialihkan ke otoritas Hamas.
Menteri Keamanan Dalam Negeri Omer Barlev mengatakan, Perdana Menteri Israel Naftali Bennett menginginkan perubahan kebijakan. Dia mengatakan, Bennett merencanakan sebuah mekanisme bahwa semua bantuan yang masuk ke Gaza bukan dalam bentuk uang tunai, tetapi voucer.
"Semua bantuan yang masuk berbentuk voucer, bisa voucer makanan, atau voucer untuk bantuan kemanusiaan, dan bukan uang tunai yang dapat diambil dan digunakan dalam mengembangkan persenjataan untuk melawan Israel," ujar Barlev, dilansir Middle East Monitor, Kamis (15/7).
Barlev mengatakan mekanisme bantuan yang diusulkan harus dijalankan terutama melalui PBB. Dia tidak mengesampingkan bantuan dari Qatar, dan bantuan dari Uni Eropa.
“Jika mekanismenya seperti ini, saya yakin Israel akan membantu memperbaiki situasi kemanusiaan di Jalur Gaza,” ujar Barlev.
Qatar telah memberikan bantuan yang sebagian berbentuk uang tunai senilai 1,4 miliar dolar. Bantuan tersebut diberikan sejak 2012 untuk rekonsiliasi Jalur Gaza.
“Uang Qatar untuk Gaza tidak akan masuk dalam bentuk uang tunai, yang akhirnya masuk ke kantong Hamas, di mana Hamas pada dasarnya mengambil bagian penting untuk dirinya sendiri dan pejabatnya,” kata Barlev kepada Radio Angkatan Darat Israel.