REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pemain timnas Inggris, Jadon Sancho, menegaskan rasialisme tidak akan menang dalam kehidupan di dunia. Hal itu ia katakan setelah mendapat serangan rasial lantaran timnas Inggris kalah di final Euro 2020, Senin (12/7) WIB.
Inggris harus rela gigit jari saat melihat Italia mengangkat trofi Euro setelah menjuarai turnamen antarnegara Eropa itu lewat drama adu penalti. Tiga pemain Inggris, Marcus Rashford, Jadon Sancho, dan Bukayo Saka, gagal mengeksekusi tendangan 12 pas sehingga menjadi bulan-bulanan kritik.
Namun, beberapa kritik yang disampaikan kepada tiga pemain tersebut justru bernuansa rasial. Hal ini mengundang berbagai pihak membela Rashford, Sancho, dan Saka, seperti Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dan pelatih timnas Inggris Gareth Southgate.
Dalam laporan BBC Sport, Kamis (15/7), sejauh ini terdapat empat orang yang ditangkap kepolisian Inggris akibat komentar rasial di media sosial terkait Rashford, Sancho, dan Saka. Menanggapi ini, Sancho merasa tersanjung dengan usaha pembelaan yang ia dapatkan.
"Untuk semua pemuda yang mendapat diskriminasi yang sama, tetaplah bersemangat dan mengejar mimpi. Saya bangga menjadi bagian dari timnas Inggris dan ingin berterima kasih untuk dukungannya," kata Sancho.
Sancho menegaskan dirinya tidak akan menyerah untuk berjuang bersama timnas Inggris jika sewaktu-waktu kembali dipanggil. Ia tidak ingin satu momen buruk memengaruhi seluruh kariernya sebagai pesepak bola profesional.
Di satu sisi, Sancho mengaku sudah meminta maaf kepada rekan-rekan setimnya setelah gagal mengeksekusi penalti dalam laga final kontra Italia. Hal serupa juga ia sampaikan kepada pelatih dan seluruh staf timnas Inggris. "Ini adalah perasaan terburuk yang pernah saya terima di dalam karier. Rasa sakit ini akan terus ada dalam waktu yang sangat lama," jelasnya.