REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Perdana Menteri Israel Naftali Bennett mengatakan ia yakin negaranya mampu menangani peningkatan kasus Covid-19 tanpa menerapkan karantina wilayah (lockdown) berskala nasional. Menurutnya, pengendalian virus bergantung pada kepatuhan warga terhadap protokol kesehatan, terutama penggunaan masker di dalam ruangan.
Bennett mengatakan dia telah menginstruksikan polisi untuk menegakkan aturan penggunaan masker. Mereka yang melanggar, bakal dikenakan denda tinggi. “Itu hal yang wajar dilakukan, karena salah memiliki orang-orang yang malas dan menyakiti masyarakat lainnya,” ujarnya pada Rabu (14/7).
Dia pun kembali memperingatkan warga Israel untuk tak melakukan kontak fisik. “Berhenti berjabat tangan. Berhentilah berciuman dan berpelukan kecuali di dalam keluarga,” kata Bennett.
Ia mengimbau warga tak melakukan perjalanan ke luar negeri. Sebab saat ini varian delta tengah menyebar di Eropa dan kawasan lainnya. Bennett mengatakan lockdown nasional merupakan opsi terakhir yang bakal diambil jika kasus baru Covid-19 terus mengalami peningkatan. Pertimbangan itu merupakan cerminan pemerintah untuk menjaga ekonomi Israel tetap kuat.
Keterangan mengenai cara pengendalian wabah disampaikan Bennett setelah Israel mencatatkan lebih dari 700 kasus baru Covid-19 pada Rabu. Peningkatan tetap terjadi meski Israel telah memvaksinasi 5,7 juta warganya dengan minimal satu dosis vaksin. Sementara sekitar 5,2 juta lainnya telah menerima dua dosis vaksin. Israel memiliki populasi 9,3 juta jiwa.
Israel memiliki peraturan wajib mengenakan masker di dalam ruangan. Namun, warga tak mematuhinya dengan tertib dan disiplin. Hal itu ditengarai menjadi salah satu penyebab masih meningkatnya kasus baru Covid-19 di sana.