Kamis 15 Jul 2021 11:01 WIB

Kenali Gejala Covid-19 Varian Delta

Varian delta lebih menular dibandingkan varian lain.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Dwi Murdaningsih
Seorang warga melintas di kawasan pertokoan Jalan Gatot Subroto yang sepi dari aktivitas dampak Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat di Solo, Jawa Tengah, Rabu (14/7/2021). Berdasarkan hasil uji whole genome sequencing (WGS) dari 16 sampel yang dikirimkan Kota Solo ke Laboratorium di Jawa Tengah semuanya menunjukan strain berkode B.1.617.2 atau Varian Delta, hal ini diperkirakan menjadi penyebab melonjaknya angka kasus COVID-19 di Kota Solo.
Foto: ANTARA/MOHAMMAD AYUDHA
Seorang warga melintas di kawasan pertokoan Jalan Gatot Subroto yang sepi dari aktivitas dampak Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat di Solo, Jawa Tengah, Rabu (14/7/2021). Berdasarkan hasil uji whole genome sequencing (WGS) dari 16 sampel yang dikirimkan Kota Solo ke Laboratorium di Jawa Tengah semuanya menunjukan strain berkode B.1.617.2 atau Varian Delta, hal ini diperkirakan menjadi penyebab melonjaknya angka kasus COVID-19 di Kota Solo.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter spesialis paru dari RSUI dr. Gatut Priyonugroho, Sp.P menuturkan perbedaan virus Covid-19 delta dengan varian lain. Perbedaan itu antara lain pada tingkat penularannya.

 

Gatut menjadi narasumber dalam webinar dengan tema "Mengenal Lebih Dekat Covid-19 Varian Delta" yang digelar Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia (FIA UI) berkolaborasi dengan Rumah Sakit UI (RSUI) yang digelar Rabu (14/7).

Baca Juga

Virus Covid-19 varian delta memiliki gejala hampir sama dengan varian lainnya. Gejala tersebut yaitu demam (94 persen), batuk (79 persen), sesak (55 persen), berdahak (23 persen), nyeri badan (15 persen), lelah (23 persen), sakit kepala (8 persen), rinorea (7 persen), batuk darah (5 persen), diare (5 persen), anosmia (3 persen), dan mual (4 persen).

Jika seseorang terkena Covid ringan, pada umumnya ia baik-baik saja (0,1 persen memberat). Gatut meluruskan kesalahpahaman di masyarakat bahwa penyintas Covid-19 (mereka yang sudah sembuh dari Covid-19) akan lebih kebal terhadap virus tersebut.

"Mereka yang pernah kena Covid-19 bukan berarti dia sudah menumbuhkan antibodi, tetapi itu juga tandanya dia terbukti rentan terkena Covid-19 karena virus itu cocok dengan tubuhnya sehingga mudah masuk," kata dia.

Sementara itu, dalam sambutannya, Dekan FIA UI Prof Chandra Wijaya menekankan bahwa dengan semakin banyaknya kasus positif di Indonesia maka mengetatkan protokol kesehatan menjadi sebuah keharusan.

"Virus Covid-19 itu ada. Kalau belakangan kita mendengar dari berita banyak yang menderita Covid-19, sekarang kita mendengar dari WhatsApp Group kita, saudara kita, keluarga kita yang kita sayangi terjangkit Covid-19. Saya berharap dengan webinar ini kita jadi semakin paham tentang Covid-19 dan bagaimana cara mencegah maupun menghadapinya," ujar Prof Chandra.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement