Kamis 15 Jul 2021 11:09 WIB

Vaksinasi Rutin Melambat, Jutaan Anak Terancam Penyakit

Banyak anak melewatkan vaksinasi yang berfungsi mencegah penyakit seperti campak.

Red: Dwi Murdaningsih
 Seorang dokter memvaksinasi seorang gadis muda di sebuah sekolah dasar Muslim di Depok, Indonesia, 20 November 2020. Banyak sekolah di Indonesia memberikan vaksin campak, difteri dan tetanus, kepada siswa sekolah dasar di tengah pandemi virus corona yang sedang berlangsung.
Foto: EPA-EFE/ADI WEDA
Seorang dokter memvaksinasi seorang gadis muda di sebuah sekolah dasar Muslim di Depok, Indonesia, 20 November 2020. Banyak sekolah di Indonesia memberikan vaksin campak, difteri dan tetanus, kepada siswa sekolah dasar di tengah pandemi virus corona yang sedang berlangsung.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Hampir 23 juta anak di seluruh dunia melewatkan vaksinasi rutin mereka tahun lalu akibat pandemi COVID-19. Angka ini adalah yang tertinggi dalam satu dekade lebih.

Keterlambatan imunisasi ini memicu munculnya wabah campak, polio, dan penyakit lain yang dapat dicegah. Hal ini dilaporkan oleh Badan-badan Perserikatan Bangsa Bangsa, Kamis (15/7).

Baca Juga

Campak, salah satu penyakit paling menular di dunia, bisa berakibat fatal bagi anak balita, khususnya di negara-negara Afrika dan Asia yang sistem kesehatannya tergolong lemah.  Polio dapat melumpuhkan seorang anak seumur hidupnya.

Kesenjangan dalam cakupan vaksinasi telah menimbulkan masalah. Hal ini menyebabkan anak-anak rentan terhadap penyakit menular. Di sisi lain, banyak negara melonggarkan pembatasan COVID-19.

Di sepuluh negara, terutama di India dan Nigeria, 22,7 juta anak belum diimunisasi dengan vaksin DPT (difteri, pertusis, dan tetanus) pada 2020. Angka ini adalah 3,7 juta lebih tinggi dari 2019 dan tertinggi sejak 2009, kata laporan itu.

Wabah campak yang "masif dan mengganggu" telah dilaporkan muncul di sejumlah negara, termasuk Afghanistan, Mali, Somalia, dan Yaman. Sekitar 22,3 juta anak melewati suntikan pertama vaksin campak tahun lalu, cakupan terendah terhadap penyakit pembunuh itu sejak 2010, meski angka tersebut mungkin tumpang tindih dengan mereka yang belum diimunisasi DPT secara lengkap.

"Pandemi COVID-19 telah menimbulkan kemunduran besar bagi vaksinasi anak, membawa kita kembali ke lebih dari satu dekade lalu," kata Kate O'Brien, direktur imunisasi WHO, kepada pers.

Jumlah anak yang melewatkan imunisasi atau nol dosis imunisasi meningkat. Mereka yang melewati semua vaksinasi, dari 13,6 juta pada 2019 menjadi 17,1 juta pada 2020, kata Ephrem Lemango, kepala imunisasi UNICEF.

Kondisi semakin diperparah karena anak-anak ini banyak yang tinggal di negara konflik atau perkampungan kumuh. Sebanyak 66 negara menunda sedikitnya satu program imunisasi terhadap penyakit yang bisa dicegah, meski beberapa di antaranya, termasuk Meksiko, telah memulai percepatan vaksinasi.

"Pada 2021 kita mungkin menghadapi 'badai sempurna' dan kita tidak ingin badai itu membunyikan lonceng peringatan. Kita bunyikan lonceng itu sekarang," kata O'Brien.

WHO telah mendesak negara-negara untuk tidak mencabut aturan kesehatan masyarakat dan pembatasan sosial secara prematur ketika mereka mulai bangkit dari pandemi. "Tapi jika itu terjadi, dan sedang terjadi, kita akan melihat lebih banyak lagi penularan penyakit yang sebenarnya dapat dicegah dengan vaksin," kata WHO.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement