REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT - Perdana Menteri (PM) Lebanon Saad al-Hariri mengajukan proposal pembentukan kabinet kepada Presiden Michel Aoun, Kamis (15/7) waktu setempat. Pengajuan ini merupakan sebuah langkah yang dapat mengakhiri hampir sembilan bulan kebuntuan politik di tengah keruntuhan ekonomi.
"Sekarang adalah saat yang tepat," ujar Hariri dikutip laman Al Arabiya English, Kamis. Hariri sempat berselisih dengan Aoun mengenai penunjukan menteri sejak penunjukannya pada Oktober.
Lebanon tidak memiliki pemerintah sejak PM terakhir mengundurkan diri usai insiden ledakan pelabuhan Beirut 4 Agustus yang menewaskan ratusan jiwa, melukai ribuan orang, dan menghancurkan sebagian besar kota. Kebuntuan politik telah memperdalam krisis keuangan, yang oleh Bank Dunia disebut sebagai salah satu depresi terdalam dalam sejarah modern.
"Bagi saya pemerintah ini bisa mulai menyelamatkan negara dan menghentikan kehancuran," kata Hariri.
Usulan kabinet untuk 24 menteri spesialis sejalan dengan inisiatif Prancis. Hariri bertemu dengan presiden sekembalinya dari kunjungan ke Kairo, di mana dia bertemu dengan Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi dan pejabat tinggi lainnya.
Sumber di Kairo mengatakan Mesir telah menjanjikan dukungan ekonomi dan politik untuk pemerintahan baru. Sementara ada laporan bahwa sebuah delegasi akan segera melakukan perjalanan ke Beirut.