REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Tiga film Indonesia sukses tayang perdana di Bucheon International Fantastic Film Festival (BIFAN) di Korea Selatan (Korsel), Kamis (15/7). Ini menunjukkan roda industri kreatif subsektor perfilman tetap berputar pada era normal baru. Pada sineas Tanah Air ternyata tetap aktif menghasilkan film terbaik.
Tiga film asal Indonesia yang ditayangkan adalah Paranoia karya Riri Riza, Nussa The Movie karya Bonny Wirasmono dan Death Knot atau Simpul Mati karya Cornelio Sunny. Nussa merupakan film animasi nuansa Islami. Sementara Paranoia bergenre thriller dan Simpul Mati bergenre horor.
Pada tayangan perdana setiap film, tiga sutradara Indonesia menyampaikan pesan singkat secara virtual untuk menyambut penonton. “Suatu kehormatan untuk film Paranoia dapat ditayangkan perdana di BIFAN,” kata Riri Riza dalam pesan singkat yang ditayangkan secara daring saat World Premiere film Paranoia di BIFAN, Kamis.
“Film Paranoia dibuat pada masa pandemi untuk mencerminkan bahwa selalu ada secercah harapan di tengah kekuatiran masyarakat,” ujarnya, dalam keterangan tertulis Kedutaan Besar RI di Seoul yang diterima Republika, Kamis.
Masyarakat Korsel pada umumnya antusias menyambut festival film meskipun di tengah pandemi. Pemutaran film secara luring dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan sesuai peraturan Pemerintah Metropolitan Seoul dan kota sekitarnya.
Kini menginjak tahun ke-25, BIFAN merupakan salah satu festival film internasional di Korsel yang sangat dihargai. Bertema “Stay Strange”, BIFAN secara khusus ingin menayangkan film dengan genre nonkonvensional, karya sineas yang tidak termasuk aliran arus utama.
Pada 2021 BIFAN menayangkan 257 film dari 47 negara, termasuk Indonesia. Dari 257 film hanya 23 feature film yang mendapatkan kehormatan untuk dirilis perdana di BIFAN, termasuk tiga film dari Indonesia.
Selama lebih dari 11 hari film ditayangkan secara luring di bioskop CGV Sopung dan Balai Kota Bucheon serta daring.
KBRI Seoul turut mendukung serta memfasilitasi pelaku industri kreatif termasuk subsektor film animasi dan video. Tujuannya adalah untuk mengedepankan karya mereka agar menembus pasar Korsel yang potensial.