REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah perusahaan teknologi mulai menunjukkan keseriusannya untuk go public. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan setidaknya ada tiga perusahaan teknologi Indonesia yang berencana melakukan penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO).
"Tiga perusahaan teknologi tersebut berstatus unicorn dan decacorn dengan total valuasi kurang lebih 21 miliar dolar AS. Ini berdasarkan data yang kami dapat," kata Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK, Hoesen, Kamis (15/7).
Hoesen tidak memerinci perusahaan teknologi apa saja yang akan melantai di pasar modal tersebut. Namun saat ini, baru ada satu unicorn yang sudah mulai merealisasikan rencana untuk IPO yaitu Bukalapak.
Dengan masuknya unicorn dan decacorn ke bursa, nenurut Hoesen, akan berpotensi mendongkrak kapitalisasi pasar saham emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI). IPO raksasa teknologi ini juga diyakini bisa menarik lebih banyak investor, termasuk investor asing.
"Masuknya perusahaan teknologi tersebut juga bakal diprediksi lebih menggairahkan perdagangan saham dalam negeri," tutur Hoesen.
Berdasarkan klasifikasi industri yang ada di BEI, Hoesen memaparkan, IDX Technology yang berisi saham-saham teknologi terus mencatatkan penguatan sejak awal tahun. Penguatannya bahkan mencapai 860 persen secara ytd. Hoesen optimistis teknologi akan menjadi sektor penggerak IHSG.
Selain itu, terdapat tiga perusahaan yang bergerak di sektor teknologi masuk dalam posisi 10 perusahaan teratas dengan kapitalisasi pasar di atas Rp 100 triliun. Ini menggambarkan perusahaan yang bergerak di bidang teknologi mulai menghiasi jajaran emiten big cap di BEI.
"Meskipun jumlah kapitalisasi pasarnya masih di kisaran total 5 persen dari seluruh kapitalisasi pasar yang ada di Indonesia, hal ini tidak menutup prospek perkembangannya ke depan, untuk menjadi top leading di BEI," kata Hoesen.
Dalam mengakomodasi decacorn melakukan IPO, Hoesen menjelaskan, saat ini OJK sedang menyiapkan regulasi yang sesuai dengan karakteristik perusahaan raksasa tersebut. Menurut Hoesen, regulasi yang disusun juga berorientasi pada proyeksi ekonomi ke depan.
"Karakteristik yang kita lihat khususnya adalah yang bisa menciptakan inovasi produk baik barang atau jasa yang mengandung unsur kebaruan. Selain itu bisa menyediakan lapangan kerja yang besar, serta memberikan manfaat sosial yang luas ke masyarakat dan memiliki growth yang signifikan dan tinggi," ujarnya.