REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia bersama Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura menyelesaikan pembahasan enam kelompok kerja yang akan menjadi materi pertemuan Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri Lee Hsien Loong. Leader’s retreat yang sempat tertunda tahun lalu diharapkan bisa dilaksanakan tahun ini.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memimpin Pertemuan Tingkat Menteri Enam Kelompok Kerja Bilateral Singapura-Indonesia bersama Menteri Perdagangan dan Industri Singapura Gan Kim Yong, di Singapura. Fokus dalam pertemuan itu yakni terkait perkembangan kerja sama di Kawasan Batam-Bintan-Karimun (BBK) dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) lainnya, investasi, transportasi, pariwisata, tenaga kerja, dan agribisnis.
Kedua menteri berharap enam bidang kerja sama bisa menjadi motor pertumbuhan ekonomi pascapandemi Covid-19. Selain itu, implementasi dari rencana kerja yang telah disepakati diharapkan bisa meningkatkan investasi dan memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat.
Menteri Gan menerangkan, peningkatan investasi untuk membuka lapangan kerja akan menjadi modal bagi pemulihan ekonomi pascapandemi. Menko Airlangga pun menyambut baik peluang peningkatan investasi, mulai dari energi hijau, e-commerce, data center, hingga carbon trading.
Kedua menteri juga membahas salah satu peluang kerja sama antara Indonesia dan Singapura yakni pengembangan green economy. Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas yang merupakan aturan pelaksanaan dari UU Cipta Kerja. PP tersebut bertujuan meningkatkan kemudahan pelayanan, kelancaran dan pengawasan arus lalu lintas barang dalam pemasukan barang ke atau pengeluaran barang dari Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas.
“Untuk Kawasan BBK, dipersiapkan menjadi hub logistik internasional demi mendukung integrasi dan persaingan industri, perdagangan, maritim dan pariwisata," ujar Airlangga dalam keterangan, Kamis (15/7). Indonesia telah meresmikan Nongsa Digital Park pada Maret 2018 lalu untuk mendukung pengembangan teknologi digital.
Lokasi itu merupakan proyek utama yang dipergunakan sebagai hub digital antara Indonesia dan Singapura. Nongsa Digital Park juga sudah ditetapkan sebagai KEK melalui PP Nomor 68 Tahun 2021. Saat ini, Nongsa Digital Park memiliki sekitar 160 perusahaan dengan 1.000 pekerja yang berasal dari perusahaan lokal maupun perusahaan asing.
Perusahaan telekomunikasi asal Uni Emirat Arab, Etisalat dan Telkom berencana menggelontorkan dana investasi hingga 100 juta dolar AS untuk membangun pusat data di Nongsa Digital Park. Selain Nongsa Digital Park, Indonesia juga sudah menetapkan zona Batam Aero Technic (BAT) di Batam sebagai KEK melalui PP Nomor 67 Tahun 2021.
Pertemuan tersebut juga membahas isu ketenagakerjaan dan upaya meningkatkan kapasitas tenaga kerja melalui kolaborasi antara kedua negara. Indonesia dan Singapura telah menandatangani 29 perjanjian kerja sama terkait peningkatan kapasitas tenaga kerja melalui pembahasan manajemen rantai pasokan, keahlian ekonomi digital, teknologi finansial, inovasi sosial, analisa data, pariwisata dan hospitality, kepemimpinan, kebudayaan dan obat-obatan.
Sementara pembahasan terkait agribisnis fokus pada komitmen kedua negara untuk mengembangkan kerja sama dalam sub-kelompok kerja pertanian. Antara lain, hasil laut dan perjanjian sanitari dan fitosanitari (sanitary and phytosanitary) berdasarkan World Trade Organization (WTO). Berdasarkan target Singapura “30 by 30” yaitu memenuhi sendiri kebutuhan gizi 30 persen pada 2030. Indonesia dan Singapura berkomitmen bekerja sama dalam proyek pengembangan agribisnis di Kawasan BBK dengan tujuan ekspor produk pertanian ke Singapura.
Investor Singapura nantinya akan mengembangkan sistem pertanian pintar (smart farming system) untuk memproduksi buah-buahan, sayuran dan produk lainnya yang sesuai dengan kebutuhan pasar Singapura. “Dalam proyek ini, Indonesia akan menyediakan sumber daya lahan, tenaga kerja dan teknologi sehingga proyek ini dapat segera terlaksana,” ujar Airlangga.
Menteri Gan Kim Yong juga menyampaikan, meskipun pandemi berdampak sangat berat bagi sektor pariwisata kedua negara, situasi ini dapat dimanfaatkan guna membangun dan meningkatkan infrastruktur serta kapasitas sumber daya manusia di bidang pariwisata. Ia juga mengimbau pentingnya safe cruise control agar negara-negara di kawasan regional dapat menyamakan standar prosedur dan kesehatan untuk wisata.
Kedua negara pun membahas kemungkinan pembentukan travel bubble sebagai pilot project. Kedua menteri sepakat membentuk micro travel bubble antara Singapura dengan kawasan di dalam pulau Bintan, seperti Lagoi.
Jika pembentukan micro travel bubble ini dapat berjalan dengan baik, untuk selanjutnya dapat ditingkatkan ke dalam area yang lebih besar. Melalui micro travel bubble ini, wisatawan dapat saling berkunjung secara aman dan nyaman, dan bermanfaat sebagai upaya menumbuhkan kembali wisata dan ekonomi. Pembahasan lanjutan mengenai pelaksanaan micro travel bubble ini masih akan dilakukan, agar dalam pelaksanaannya nanti tidak akan berdampak buruk bagi kesehatan. Pertemuan tahunan Menteri Perekonomian ini diakhiri oleh penandatanganan Joint Report to the Leaders.