REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah menilai penerbitan green sukuk diminati investor dunia. Tercatat Indonesia telah menerbitkan green sukuk terbesar di dunia senilai tiga miliar dolar AS atau Rp 42 triliun.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan penerbitan surat utang ini telah dilakukan pada Juni 2021 digunakan proyek ramah lingkungan. Adapun green sukuk ini memiliki imbal hasil yang kompetitif sebesar 3,55 persen per tahun.
“Sukuk ini berhasil menarik banyak investor global, nilai investasi mereka mencapai 57 persen dari total nilai penerbitan kita selain itu imbal hasil yang kita tawarkan imbal hasil terendah dan tercatat di dalam sukuk global,” ujarnya saat acara Konferensi Internasional The Future of Islamic Capital Market: Opportunities, Challenges and Way Forward yang diselenggarakan KNEKS secara virtual, Kamis (15/7).
Surat utang hijau ini memiliki tenor terpanjang di dunia yakni selama 30 tahun. Menurut Sri Mulyani hal ini merupakan sebuah prestasi untuk mengelola instrumen utang berbasis syariah dan berbasis kepada kelestarian lingkungan secara prudent.
Pada tahun ini, ada 23 penghargaan yang diberikan ke berbagai organisasi dan pemerintah, mencakup obligasi hijau, pinjaman, sukuk, hingga perkembangan pasar yang signifikan dalam investasi berbasis iklim.
Indonesia sudah meraih penghargaan serupa sejak sukuk pertama kali diterbitkan pada 2018. Secara keseluruhan, sukuk Indonesia sudah mengantongi 42 penghargaan dari berbagai lembaga internasional.