Kamis 15 Jul 2021 22:19 WIB

Solo Alami Lonjakan Kasus Covid-19

Satgas Solo sebut kenaikan ini merupakan dampak dari masifnya 3T.

Seorang warga melintas di kawasan pertokoan Jalan Gatot Subroto yang sepi dari aktifitas dampak Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat di Solo, Jawa Tengah, Rabu (14/7/2021). Berdasarkan hasil uji whole genome sequencing (WGS) dari 16 sampel yang dikirimkan Kota Solo ke Laboratorium di Jawa Tengah semuanya menunjukan strain berkode B.1.617.2 atau Varian Delta, hal ini diperkirakan menjadi penyebab melonjaknya angka kasus COVID-19 di Kota Solo.
Foto: ANTARA/MOHAMMAD AYUDHA
Seorang warga melintas di kawasan pertokoan Jalan Gatot Subroto yang sepi dari aktifitas dampak Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat di Solo, Jawa Tengah, Rabu (14/7/2021). Berdasarkan hasil uji whole genome sequencing (WGS) dari 16 sampel yang dikirimkan Kota Solo ke Laboratorium di Jawa Tengah semuanya menunjukan strain berkode B.1.617.2 atau Varian Delta, hal ini diperkirakan menjadi penyebab melonjaknya angka kasus COVID-19 di Kota Solo.

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Kota Solo mengalami lonjakan angka kasus Covid-19. Hal ini menyusul masih tingginya tingkat paparannya di daerah tersebut.

Berdasarkan data dari Satgas Penanganan Covid-19 Kota Surakarta di Solo, Kamis, terjadi penambahan 544 kasus yang artinya paling tinggi selama terjadinya pandemi Covid-19. Dengan penambahan tersebut, jumlah kumulatif kasus Covid-19 di Kota Solo hingga saat ini sebanyak 18.978 kasus dengan rincian 14.349 di antaranya sembuh, 3.598 orang menjalani isolasi mandiri, 283 orang menjalani perawatan di rumah sakit, dan 748 di antaranya meninggal dunia.

Baca Juga

Terkait dengan lonjakan tersebut, Ketua Pelaksana Harian Satgas Penanganan Covid-19 Kota Surakarta Ahyani mengatakan kenaikan merupakan dampak dari masifnya upaya 3T, yakni tracing atau penelusuran, testing atau pengetesan, dan treatment atau perawatan."Ya, enggak apa-apa, dikuatkan penelusurannya agar diketahui lebih dini yang sakit mana supaya bisa dikelola, biar tidak menulari yang lain," katanya.

Selain itu, dikatakannya, sebagai bagian dari perawatan, penderita Covid-19 harus segera ditindaklanjuti dengan pemisahan dengan yang lain agar tidak menular ke mana-mana."Jangan sampai justru menciptakan fenomena gunung es, ketika ditelusuri tidak ada yang positif tetapi nyatanya kita lihat banyak, jangan sampai banyak yang terpapar dan akhirnya parah, kita jadi terlambat menangani," katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Surakarta Siti Wahyuningsih mengatakan dari penambahan kasus positif yang akhir-akhir terjadi, dua pertiga di antaranya berasal dari tes usap antigen."Jadi artinya antigen mempunyai daya ungkit yang sangat besar untuk deteksi lebih awal terhadap penanganan Covid-19, karena antigen ini bisa dilakukan oleh petugas puskesmas dan alatnya juga ada, jumlahnya cukup," katanya.

Ia mengatakan petugas puskesmas yang menangani pasien dengan kecenderungan gejala Covid-19 akan langsung melakukan tes antigen. Dengan demikian, kondisi tersebut berdampak pada kenaikan jumlah kasus.

"Selain itu juga dari mandiri, baik PCR (tes usap) maupun antigen mandiri, ini banyak banget. Kalau kita hanya pakai PCR mungkin tambahan kasus dalam sehari tidak ada seratus. Jadi antigen ini sudah jadi penegakan diagnosa, sesuai standar WHO antigen ini sebagai alat untuk diagnosa," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement