Kamis 15 Jul 2021 22:24 WIB

BRINS: Perlu Proteksi untuk Dorong Otomotif Ramah Lingkungan

BRINS telah menginisiasi produk asuransi ramah lingkungan atau disebut greensurance

Konvoi mobil listrik di Jakarta sebagai upaya mengampanyekan kendaraan ramah lingkungan (ilustrasi).  Direktur Utama BRI Insurance (BRINS) Fankar Umran menilai perlu adanya proteksi untuk mendorong industri otomotif yang menerapkan proses bisnis yang ramah lingkungan.
Foto: antara
Konvoi mobil listrik di Jakarta sebagai upaya mengampanyekan kendaraan ramah lingkungan (ilustrasi). Direktur Utama BRI Insurance (BRINS) Fankar Umran menilai perlu adanya proteksi untuk mendorong industri otomotif yang menerapkan proses bisnis yang ramah lingkungan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama BRI Insurance (BRINS) Fankar Umran menilai perlu adanya proteksi untuk mendorong industri otomotif yang menerapkan proses bisnis yang ramah lingkungan.

"Diperlukan kolaborasi semua pihak untuk memajukan industri otomotif ramah lingkungan, tapi jangan lupakan proteksinya. Jika hanya membangun tetap akan ada 'lubang' di saat terjadi risiko akan apa yang telah dibangun. Oleh karena itu saya pikir penting untuk asuransi ikut berperan dalam memajukan industri otomotif ramah lingkungan ini," ujar Fankar dalam pernyataan di Jakarta, Rabu.

Fankar menyampaikan bahwa di BRI Group, inisiatif Environmental, Social and Good Governance (ESG) sudah diterapkan dalam berbagai aspek dengan berlandaskan pada 3P, People, Planet, dan Prosperity. Mulai dari menjalankan operasional bisnis yang ramah lingkungan, kebijakan perusahaan yang berbasis green economy dan lain sebagainya.

"Jadi kami ingin memastikan untuk poin P terakhir kami mengutamakan prosperity dibandingkan profit, jadi perusahaan tidak sekedar mengedepankan bagaimana mencari profit namun juga mementingkan kesejahteraan bersama," kata Fankar.

BRINS sendiri telah menginisiasi beberapa produk asuransi yang mendukung proses bisnis yang ramah lingkungan atau greensurance dengan paperless policy dimana proses bisnis dilakukan secara minim penggunaan kertas dan beralih kepada digital.

Salah satu produk tersebut yaitu, Pay as You Drive, di mana pertanggungan dapat disesuaikan dengan pemakaian. Produk tersebut diharapkan akan membantu mengurangi penggunaan kendaraan pribadi secara masif sehingga polusi udara dapat dikurangi dan semakin ramah lingkungan.

Selain itu, lanjut Fankar, ada juga Incentive for Eco-Friendly Vehicle dengan memberikan premi yang lebih murah atau extra coverage untuk kendaraan ramah lingkungan. Kemudian ada Green for Old di mana untuk kendaraan yang mengalami risiko total loss akan dilakukan penggantian dengan kendaraan ramah lingkungan atas kesepakatan bersama.

"Saya pikir kita harus mulai men-switch mindset kita dari greed mindset ke green mindset demi kemajuan yang berkelanjutan," ujar Fankar.

Dua menteri RI juga mendukung penggunaan mobil listrik yang mulai populer. Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkapkan, pemerintah menargetkan produksi mobil listrik mencapai 600 ribu unit untuk kendaraan roda 4 dan 2,5 juta unit untuk kendaraan roda dua pada 2030 nanti.

Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan memastikan, iklim bisnis di Indonesia, termasuk bisnis otomotif akan semakin lancar dengan kasus COVID-19 yang terkendali. Keseriusan dari pemerintah pada kendaraan ramah lingkungan tentunya akan berdampak baik pada industri pembiayaan kendaraan.

Peningkatan penggunaan mobil listrik dan fokus pembiayaan ramah lingkungan juga sejalan dengan imbauan Presiden Joko Widodo yang meminta industri memanfaatkan potensi bisnis yang belum optimal. Fankar meyakini greensurance dari BRINS tentunya akan semakin populer ke depan dengan semakin banyaknya nasabah yang menggunakan mobil listrik.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement