REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Bukayo Saka akhirnya bersuara setelah menjalani pekan yang berat. Ia bagian dari skuad tim nasional Inggris di Piala Eropa (Euro) 2020.
The Three Lions melaju ke final turnamen tersebut. Pada partai puncak, anak asuh Gareth Southgate ditaklukkan Italia di Stadion Wembley, London, Inggris, Senin (12/7) dini hari WIB.
Sepanjang 120 menit, kedua tim imbang bermain imbang 1-1. Tuan rumah kalah 2-3 di sesi adu penalti.
Saka termasuk eksekutor Inggris yang gagal menunaikan tugasnya dengan baik. Tendangan bintang muda Arsenal itu ditepis kiper Gianluigi Donnarumma.
Setelahnya, pemuda 19 tahun ini mengalami kesialan bertubi-tubi. Selain kecewa karena tak bisa membawa timnya juara, pemain serbabisa itu juga mendapat pelecehan rasial di media sosial.
Saka sempat bungkam. Pada akhirnya, ia bersuara. Ia mengaku telah memprediksi, situasi seperti ini bakal menimpanya ketika gagal menjaringkan bola ke jala Donnarumma.
"Saya langsung tahu, jenis kebencian yang akan saya terima. Itu kenyataan yang menyedihkan," kata jebolan akademi Arsenal dikutip dari Dailymail, Jumat (16/7).
Saka menegaskan, tak ada tempat bagi rasisme atau kebencian apa pun dalam sepak bola. Juga di berbagai sektor kehidupan lainnya.
Saka tak menampik, dirinya mengecewakan banyak orang di negerinya. Sebelumnya ia percaya diri, negaranya bakal meraih trofi tersebut.
Namun kenyataan belum sesuai harapannya. "Tetapi saya berjanji, kami akan memberikan semua yang kami miliki, untuk memastikan generasi ini tahu, bagaimana rasanya juara," ujar Saka.
Pada akhirnya, ia siap bangkit dari momen yang mendewasakan ini. Sang wonderkid tengah beristirahat sebelum kembali bergabung dengan klubnya.
Selain Saka, Marcus Rashford dan Jadon Sancho, juga mendapat pelecehan rasial di media sosial. Kepolisian Inggris sedang menyelidiki kasus tersebut. Puluhan orang diselidiki. Empat di antaranya telah ditahan.