REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pandemi covid-19 dengan tren jumlah korban yang terus melonjak saat ini, dinilai tak cukup hanya direspon dengan pengerahan kekuatan medis dan pengetahuan. Tapi, butuh respon ekstra membangun kesadaran kolektif yang bersifat teologis dan eskatologis melalui Taubat Nasional yang dipimpin langsung Presiden Jokowi.
Hal itu disampaikan Ketua Umum Ikatan Alumni Pondok Pesantren Ibadurrahman, Sukabumi, Toto Izul Fatah kepada pers di Jakarta, Kamis (15/7). “Hari ini kita menjadi saksi betapa rapuhnya kekuatan sumber daya kita dalam menghadapi ganasnya wabah covid ini. Di sana sini korban terus berjatuhan, termasuk para nakes. Dan sekarang sudah mulai tembus 50 ribu korban per hari. Angka yang sangat mengerikan,” papar Toto
Sementara, menurut Toto, ilmu pengetahuan sampai sekarang belum menemukan formula manjur untuk melawan wabah ini. Kecuali, kampanye vaksin dan kebijakan pembatasan mobilitas warga yang masih kontroversial efektitasnya. Terutama, karena kuatnya tarik menarik antara upaya penyelamatan nyawa yang terus berjatuhan dengan penyelamatan ekonomi yang makin terpuruk.
Dalam kontek inilah, Toto mengapresiasi ajakan Jokowi beberapa waktu lalu untuk berdoa bersama sebagai ikhtiar batin, selain ikhtiar lahir yang sedang dilakukan selama ini. “Sebagai pemimpin, Presiden sudah benar melakukan ajakan itu dengan cara menghadirkan Tuhan di tengah musibah ini, dan tidak makin menjauhkan kita dari Tuhan,” kata peneliti senior LSI ini.
Apalagi, lanjut dia, bangsa Indonesia dikenal memiliki spirit ber-Tuhan yang cukup kuat seperti tergambar dari sila pertama Pancasila. “Nah, berdoa termasuk ekspresi pengakuan ketidakberdayaan seorang makhluk kepada Tuhannya, tentu setelah berbagai upaya lahir dilakukan,” ungkapnya.
Meski begitu, Toto menilai masih belum sempurna jika dua bentuk ikhtiar itu hanya berhenti pada doa. Akan lebih ideal, jika dalam doa juga diiringi pengakuan yang lebih jujur kepada Tuhan, bahwa kita punya banyak salah dan dosa. Jangan-jangan, rentetan musibah ganas yang sedang melanda bangsa Indonesia dan dunia ini lebih karena dosa-dosa besar kita.
“Di sinilah pentingnya dilakukan Taubat Nasional. Seluruh bangsa ini, mulai dari Presiden, para menteri, para kepala daerah, para politisi dan rakyatnya harus jujur mengakui bahwa dirinya bergelimang dengan dosa, apakah dosa korupsi, menipu, dzolim, serakah, menindas dan lain-lain. Tinggal, setelah pengakuan tersebut, kita ikrar bersama untuk memohon ampunanNya,” kata Toto.
Karena ini konteknya nasional dan untuk kepentingan keselamatan bersama, Toto mengusulkan agar Presiden Jokowi sendiri yang memimpin Taubat Nasional tersebut. Tentu didampingi para tokoh semua agama. Soal teknisnya, bisa dilakukan dengan tetap mengedepankan protokol kesehatan.
“Sudah lah kita tak perlu gengsi kepada Tuhan. Minta bantuan ke Tiongkok aja kita tak malu, kenapa minta bantuan kepada Tuhan berat. Saya khawatir, jika kita makin sombong, dan tak mau memanfaatkan kesempatan yang masih diberikan Tuhan untuk bertaubat, ini akan menjadi sinyal yang secara teleologis akan mengantar negara dan bangsa ini makin terpuruk,” ungkapnya