Ratusan Fasilitator Disiapkan Cegah Perundungan di Sekolah
Rep: Dadang Kurnia/ Red: Muhammad Fakhruddin
Ratusan Fasilitator Disiapkan Cegah Perundungan di Sekolah. (Ilustrasi) | Foto: Foto : MgRol_93
REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA -- UNICEF Indonesia mendukung penuh pelatihan bagi 200 calon fasilitator untuk pengembangan model pencegahan perundungan di sekolah, atau biasa disebut Program Roots. Pelatihan tersebut digelar Yayasan PLATO bersama Yayasan Setara dan LPA Klaten.
Program Roots tersebut mengedepankan perubahan perilaku siswa ke arah yang lebih positif dan membangun iklim sekolah yang aman dan bersahabat.
Pelaksana Tugas Kepala Perlindungan Anak UNICEF, Ali Aulia Ramly menuturkan, program berbasis sekolah ini diharapkan mampu mencetak agen-agen perubahan. Agen-agen tersebut nantinya diharapkan bisa menjadi subyek untuk menjalankan program dan kampanye anti bullying di lingkungan sekolah dan di media sosial.
“Di Pulau Jawa, Roots dilakukan di enam provinsi. Yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Banten,” kata Ali, Jumat (16/7).
Ia menjelaskan, hasil Global School Health Survey 2015 menyebutkan, sekitar 21 persen anak usia 13-15 atau setara dengan 18 juta anak di Indonesia pernah mengalami perundungan. Maka dari itu, kata dia, isu perundungan lperlu menjadi prioritas dan melibatkan berbagai pihak untuk bersama-sama mencegah dan menanggulanginya.
Ali menambahkan, kasus perundungan merupakan isu global yang masih terjadi di dunia pendidikan. Menurut WHO, bullying merupakan penggunaan kekuatan fisik atau psikologis secara agresif yang ditujukan kepada pihak lain, dilakukan secara sengaja, berulang, dan terdapat perbedaan kekuatan. Bahkan, selama pandemi Covid-19 aksi perundungan juga masih terjadi di ruang-ruang digital.
"Butuh percepatan penanganan bullying untuk menciptakan iklim sekolah yang aman, nyaman dan bersahabat," ujarnya.
Ali melanjutkan, pencegahan perundungan juga menjadi salah satu fokus program nasional untuk pencegahan dan penanggulangan kekerasan pada anak. Hal itu debagaimana tercantum pada RPJMN 2020-2024 serta Permendikbud 82/2015 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Kekerasan di Satuan Pendidikan.
Pencegahan kekerasan juga menjadi salah satu nilai yang didorong dalam upaya penguatan karakter siswa didik melalui promosi profil Pelajar Pancasila. Dalam Permendikbud 82/2015 tercantum peran satuan pendidikan (sekolah) dalam mencegah dan menanggulangi kekerasan di satuan pendidikan, beberapa di antaranya adalah melaksanakan kegiatan pencegahan.
Untuk membangun sistem pencegahan perundungan, kata dia, pola kolaborasi dilakukan dengan menggandeng Dinas Pendidikan Provinsi dan kabupaten/ kota, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, LSM, dan media untuk bersama-sama berjuang menghapus perundungan di dunia pendidikan.
Program Manager Yayasan Plato, Niken Agus Tianingrum menambahkan, pelatihan calon fasilitator basional ini diselenggarakan secara daring pada 14-16 Juli untuk gelombang I dan pada tanggal 17-19 Juli untuk gelombang II. Sebanyak 200 peserta dari enam provinsi mengikuti pelatihan ini.
Selanjutnya, kata dia, akan dipilih 50 orang fasilitator nasional yang akan memfasilitasi pelatihan bagi fasilitator Roots daerah agar mampu memfasilitasi terbentuknya agen perubahan dan pelaksanaan program roots di sekolah. Agen Perubahan inilah yang nantinya secara sistemik mengajak sebayanya agar menjadi pembela aktif untuk mencegah perundungan di sekolah.
“Dukungan teknis lainnya adalah penguatan koordinasi di tingkat provinsi dan pelatihan media kreatif bagi siswa dan pengembangan platform digital sebagai wadah konsultasi dan berbagi pengalaman terkait isu perundungan,” kata dia.