REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Kata ‘Alawi secarabahasa diambil dari kata Ali. Dalam sejarah Islam, kata ini pada masa Dinasti Umawiyah dan Dinasti Abbasiyah dimaksudkan untuk kelompok pengikut Sayyidina Ali bin Abi Thalib. Kemudian, menjadi istilah sebuah sekte Syiah kebatinan. Namun berbeda dengan Ba ‘Alawi.
Husein Muhammad Muhammad Alkaff dalam buku Pemikiran dan Ajaran Para Sayid Ba ‘Alawi dari Masa ke Masa menjelaskan, para pengikut sekte ini pun tersebar di Suriah, Lebanon, dan Turki. Di kalangan kaum Muslimin Hadhramaut dan Indonesia, kata ‘Alawi dengan tambahan huruf ba sehingga menjadi Ba ‘Alawi adalah sebuah istilah untuk para sayid dari keturunan Sayid Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad bin Isa bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi bin Ja’far As-Shadiq bin Muhammad Al-Bagir bin Ali Zainal Abidin bin Husein bin Ali bin Abi Thalib (bin Fatimah binti Rasulullah SAW).
Para sayid Ba ‘Alawi berasal dari Hadhramaut dan menyebar ke beberapa negara Arab Teluk, India-Gujarat, Asia Tenggara, dan Afrika Timur. Mereka datang ke Asia Tenggara seperti Campa (sebuah wilayah di Vietnam sekarang), Malaysia, dan Indonesia secara bertahap dan dalam beberapa gelombang. Yakni sejak abad ke-13 atau ke-14 hingga pertengahan abad ke-20 Masehi untuk berdagang dan berdakwah.
Tahap dan gelombang pertama yang datang terdiri dari keturunan Sayid Abdul Malik bin Alwi ‘Ammul Faqih bin Muhammad Shahib Marbath melalui Gujarat. Menurut beberapa sumber sejarah Islam di Nusantara, para Wali Songo berasal dari keturunan Sayid Abdul Malik ini.
Mereka juga dikenal dengan marga Azhamat Khan. Kemudian sisuaul oleh para Sayid dari keturunan Al-Faqih Al-Muqaddam Sayid Muhammad bin Ali bin Muhammad Shahib Marbath (574-653 Hijriyah) pada abad ke-17 Masehi. Menurut kabar, Habib Husein Alaydrus Luar Batang termasuk dari mereka yang datang pada abad ini. Dia datang ke Betawi pada tahun 1736 Masehi.
Selanjutnya pada pertengahan kedua abad 19 Masehi hingga pertengahan pertama abad 20 Masehi, para sayid Ba ‘Alawi baik dari keturunan Ammul Faqih yang bukan dari marga Azhamat Khan seperti marga Alhaddad, Baabud, dan lainnya, maupun dari keturunan Al-Faqif Al-Muqadda, dalam jumlah yang banyak hijrah ke kepulauan Nusantara, khususnya ke Pulau Jawa. Mereka menyebar di berbagai daerah di Jawa, khususnya di pesisir utara Pulau Jawa (Pantura) dari Jakarta hingga Surabaya.
Keturunan Azhamat Khan dan Al-Faqih Al-Muqaddam
Silsilah nasab dua keturunan ini bertemu pada Sayid Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khali’ Qasam bin Alawi bin Muhammad bin Alawi bin Ubaidillah bin ahmad Al-Muhajir. Sayid Muhammad Shahib Mirbath mempunyai dua anak, yakni Ali dan Alwi.
Sedangkan Sayid Ali mempunya anak bernama Sayid Muhammad, yang kemudian dikenal dengan nama Sayid Imam Al-Faqih Al-Muqaddam. Sedangkan Sayid Alwi mempunyai beberapa anak dan keturunan di antaranya Abdul Malik dan Abdurrahman. Sayid Abdul Malik kemudian hijrah ke Gujarat dan mendapatkan gelar Azhamat Khan dari sulatan dan masyarakat di sana. Dan dari beliau lah, asal-usul nasab para Wali Songo.
Adapun teori yang populer tentang sejarah masuknya Islam di Jawa mengatakan bahwa yang pertama kali menyebarkan Islam di Tanah Jawa adalah para Wali Songo. Mereka datang ke kepulauan Nusantara dari Gujarat pada abad ke-13 dan ke-14 Masehi, dan mereka menurut Sayid Abdurrahman bin Muhammad Almsyhur, Habib Alqi bin Thahir Alhaddad, dan Sayid Dhiya bin Shahab adalah para sayid Ba ‘Alawi.
Para sayid Azhamat Khan ini berdagang dan menyebarkan Islam di Tanah Jawa sehingga para raja dan rakyat Jawa yang beragama Hindu, Buddha, dan animisme masuk Islam. Keturunan mereka ada yang menjadi sultan, ulama, maupun kiai. Konon para kiai besar dari kalangan NU banyak dari marga Azhamat Khan, seperti KH Hasyim Asyari, Mbah Maemun, KH Aqil Siradj, dan lainnya.