Sabtu 17 Jul 2021 06:02 WIB

Menengok Aksi Gundam Danawa di Dermaga Yamashita

Bagi industri robotik Jepang, robot Gundam setinggi 18 meter merupakan lompatan besar

Robot Gundam Model RX-78F00 di Kompleks Gundam Factory Yokohama, Jepang.
Foto: Dok Pribadi
Robot Gundam Model RX-78F00 di Kompleks Gundam Factory Yokohama, Jepang.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Asep Wijaya, WNI yang bermukim di Jepang. Penikmat perjalanan. Widyaiswara Narabahasa.

Kreator anime Mobile Suit Gundam, Yoshiyuki Tomino, meminta maaf. Ia menyampaikannya lewat selembar surat yang isinya terpampang di dinding dermaga area masuk menuju kompleks Gundam Factory Yokohama.

"Saya memohon maaf sebesar-besarnya jika pertunjukan Gundam yang Anda saksikan terlihat membosankan," tulisnya, kurang lebih. "Inilah hasil karya yang bisa dikerjakan oleh kami, para orang tua."

Membaca pasase surat itu, suasana hati saya berubah ragu. Jangan-jangan, aksi Gundam model RX-78F00 yang bakal saya tonton ini akan menjemukan. Padahal, ongkos yang sudah saya keluarkan untuk mencapai tempat ini dan tiket yang sudah dibeli terbilang tidak murah.

Untuk tiket masuknya saja, pada awal musim semi 2021, per orang dewasa, harganya 1.650 yen atau setara dengan Rp 214 ribu. Itu belum termasuk tiket terusan bagi yang mau menyaksikan Gundam dari dok observasi yang harganya 3.300 yen atau Rp 429 ribu.

Adapun untuk ongkos sekali jalan dari kediaman saya di Fujisawa ke situs ini di Yokohama, tarifnya sekitar 1.000 yen atau Rp 130 ribu. Beruntung dua anak saya yang berusia balita tidak masuk hitungan. Dengan begitu, pengeluaran hanya berlaku untuk saya dan istri.  

Dalam kondisi kepala yang penuh hitungan semacam itu, tingkah girang anak-anak saat memegangi mainan Gunpla atau model plastik Gundam yang dibagikan secara gratis di pintu masuk, secara mendadak, membuat saya sadar aksi Gundam ini pasti bakal berlangsung menarik, setidaknya bagi anak-anak.

Setelah masuk arena ekshibisi, saya merasa, luas kompleks Gundam Factory Yokohama ini begitu lapang. Dan karena bersisian dengan laut, terpaan angin kencang pun tak terhindarkan. Selain arena pantau yang begitu lebar, kompleks ini juga menyediakan fasilitas tempat makan, ruang pertemuan, laboratorium ekshibisi, dan toko mainan Gundam.

Sambil menunggu robot raksasa itu tampil satu jam sekali, saya menyempatkan diri masuk ke toko mainan. Di sana, ada banyak jenis Gunpla dan pernak-pernik lain. Yang menarik dari keberadaan toko ini adalah potongan harga yang diberikan. Beberapa jenis Gunpla yang sulit ditemukan di toko mainan pun tersedia di sini.

Setelah membeli beberapa mainan, alarm pengingat dimulainya ekshibisi Gundam berbunyi. Sesaat setelah pengunjung menempati posisi pantaunya masing-masing, seturut markah yang tersedia di arena pertunjukan, kerangka penyangga tubuh Gundam raksasa perlahan terbuka. Diiringi suara dialog yang saya kira melibatkan lebih dari dua orang, entakan musik latar diputar.

Suara dialog itu layaknya percakapan tokoh cerita yang membangun nuansa dramatis di sekitar arena. Isinya, kira-kira, berkisar pada upaya membangkitkan kembali robot Gundam usai rusak diterjang lawannya. Mereka saling memberi instruksi dalam upaya mengaktifkan kembali robot Gundam.

Seturut dialog tokoh cerita dan entakan musik yang energik, kepulan asap di sekitar galangan menguar. Dengan bantuan penopang mekanis di bagian belakangnya, Gundam raksasa itu mulai bergerak maju. Warna lampu yang menjadi bola matanya berkelip dan suara riuh pengunjung mulai terdengar.

Ungkapan takjub dan kagum dari para pengunjung bersahutan kala Gundam raksasa bergerak turun seperti hendak bertumpu pada satu lutut. Jemarinya yang sedari awal mengepal mulai merekah dan menampakkan telapak tangan.

Jemala robot danawa itu juga ikut bergerak ke kiri dan kanan seolah awas akan kehadiran lawan. Kemudian ia bangkit dan mengepalkan tangannya lagi. Namun kali ini ia tidak berdiri tegap sempurna. Sebab tangan kanannya mengarah ke langit disertai telunjuk yang mengacung.

Sekilas, acungan telunjuk Gundam yang mengarah ke langit itu mengingatkan saya pada filsuf asal Yunani. Gesturnya mirip sosok Plato dalam lukisan School of Athens karya pelukis Rafael Sanzio. Gerak jari itu seolah mengirim pesan bahwa proyek kolosal ini merupakan perwujudan dari ide dan cita-cita besar.

Jika merujuk pada sajian informasi di salah satu fasilitas akademi bernama Gundam-Lab di kompleks arena ekshibisi ini, pengunjung akan beroleh pemahaman bahwa Gundam setinggi gedung berlantai enam ini memang berasal dari gagasan besar.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement