Sabtu 17 Jul 2021 07:45 WIB

Long Covid Miliki 200 Gejala, Simak Daftar Lengkapnya

Peneliti khawatir ada banyak pengidap long Covid yang menderita dalam diam.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Penyintas Covid-19 sebagian masih merasakan gangguan kesehatan berbulan-bulan setelah sembuh. Mereka disebut juga sebagai long hauler alias orang yang mengalami long Covid.
Foto: www.freepik.com.
Penyintas Covid-19 sebagian masih merasakan gangguan kesehatan berbulan-bulan setelah sembuh. Mereka disebut juga sebagai long hauler alias orang yang mengalami long Covid.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Long Covid diketahui dapat memicu lebih dari 200 gejala. Sebagian di antaranya adalah ukuran penis yang lebih kecil, menopause dini, dan ketidakmampuan untuk menangis.

Menurut tim peneliti yang dipimpin oleh University College London (UCL), ada 203 macam gejala yang telah teridentifkasi dalam kasus long Covid. Melalui EclinicalMedicine dari Lancet, peneliti mengungkapkan bahwa gejala-gejala ini memengaruhi 10 sistem organ, termasuk otak, paru-paru, dan kulit.

Baca Juga

Gejala long Covid yang paling umum adalah kelelahan. Hampir seluruh pasien Covid-19, atau sektiar 98,3 persen, mengalami gejala ini.

Gejala kedua yang paling sering terjadi dalam kasus long Covid adalah post-exertional malaise atau rasa tidak enak badan yang memburuk setelah mengerahkan tenaga fisik atau mental. Gejala ini dialami oleh sekitar 89 persen pasien Covid-19.

Di urutan ketiga, ada gejala brain fog atau dikenal sebagai disfungsi kognitif dalam dunia medis. Gejala kesulitan berpikir ini dialami oleh 85,1 persen pasien Covid-19.

Selain gejala tiga teratas ini, gejala lain yang tak kalah sering terjadi adalah gejala sensorimotor, sakit kepala, gangguan daya ingat, insomnia, jantung berdebar, dan nyeri otot.

Di samping itu, peneliti juga mengungkapkan ada tiga gejala long Covid yang dinilai paling melemahkan dan mengganggu kehidupan sehari-hari. Ketiga gejala tersebut adalah kelelahan, masalah pernapasan, dan brain fog atau kabut otak yang membuat penderitanya sulit untuk berkonsentrasi atau fokus.

Peneliti juga mendapati bahwa long Covid dapat memanifestasikan gejala melalui banyak cara. Misalnya, halusinasi visual, tremor, jantung berdebar, dan kehilangan ingatan.

Peneliti pun mengungkapkan beberapa masalah lain yang juga berkaitan long Covid. Masalah-masalah tersebut meliputi disfungsi seksual, kulit gatal, perubahan siklus menstruasi, masalah kontrol kemih, shingles (herpes zoster), diare, dan tinitus.

Ada pula gejala-gejala long Covid yang terbilang sangat aneh dan sangat jarang terjadi. Gejala-gejala tersebut adalah menopause dini, penurunan ukuran penis, ketidakmampuan untuk menguap, ketidakmampuan untuk menangis, sensasi otak yang sangat bersemangat, dan agresi.

Studi ini juga memberikan pemahaman lebih lanjut mengenai bagaimana infeksi virus corona yang biasanya hanya bertahan sekitar dua pekan dapat memberikan dampak yang menetap hingga berbulan-bulan kemudian.

Office for National Statistics (ONS) Inggris mengungkapkan bahwa ada cukup banyak pasien Covid-19 yang mengalami gejala long Covid. Mereka kerap disebut sebagai long hauler. ONS memperkirakan ada satu dari tujuh pasien Covid-19 yang mengalami beberapa gejala hingga 12 pekan setelah terkonfirmasi positif Covid-19.

Hingga saat ini masih ada banyak hal yang belum diketahui mengenai long hauler. Beberapa yang masih menjadi pertanyaan adalah kelompok mana saya yang paling berisiko dan bagaimana cara terbaik untuk menangani gejala long Covid.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement