REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Mantan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dilaporkan mendesak mantan Presiden AS Donald Trump untuk melancarkan serangan militer terhadap Iran selama hari-hari terakhir Trump menjabat. Hal ini terjadi ketika Trump berulang kali bertanya kepada penasihat senior tentang opsi untuk menyerang Iran sebagai pembalasan atas serangan skala kecil terhadap pasukan AS di wilayah tersebut.
Penyelidikan itu memicu kekhawatiran yang signifikan di kalangan pejabat senior, termasuk Ketua Kepala Staf Gabungan Jenderal Mark Milley, yang masih menjabat dalam peran itu. "Jika Anda melakukan ini, Anda akan mengalami perang," kata laporan itu mengutip Milley, penasihat militer utama presiden, sebagai peringatan.
Sementara oposisi Milley terhadap dorongan Trump untuk menyerang Iran telah dilaporkan secara singkat sebelumnya. Sedangkan peran Netanyahu dalam ketegangan saat itu belum dilaporkan, sebagaimana dilansir dari Al-Monitor, Sabtu (17/7).
Pemerintah Netanyahu ketika itu mengancam akan menyerang Iran dalam percakapan pribadi dengan pejabat AS sebelumnya, terutama ketika pemerintahan Obama mengupayakan pembicaraan nuklir dengan Teheran. Mantan pejabat pertahanan AS mengatakan, serangan gabungan AS-Israel terhadap Iran hampir pasti akan memicu konflik antara negara-negara dan mungkin perang regional yang lebih luas.
Iran memiliki pertahanan udara yang signifikan yang perlu dihancurkan jika terjadi serangan udara dalam ke negara itu. Seorang mantan pejabat pertahanan mengatakan kepada Al-Monitor tahun lalu pertahanan tersebut berpotensi menghasilkan korban.
Iran juga kemungkinan akan merespons dengan serangan rudal balistik dan pesawat tak berawak di lokasi yang menampung ribuan pasukan AS di kawasan itu, seperti yang telah ditunjukkan Teheran dalam beberapa tahun terakhir.
Menurut laporan, Netanyahu mendesak Trump untuk melakukan serangan setelah jelas bahwa Trump telah kalah dalam pemilihan. Selama pertemuan di Kantor Oval pada 3 Januari, presiden yang akan keluar itu akhirnya setuju untuk mengabaikan gagasan itu setelah penolakan baru dari penasihat utamanya.
Penasihat itu menyampaikan kepadanya bahwa sudah terlambat untuk menyerang Iran. Menteri Luar Negeri Mike Pompeo termasuk di antara mereka yang mengecilkan gagasan itu.