Sabtu 17 Jul 2021 13:20 WIB

China Tawarkan Langkah Penyelesaian Konflik Israel-Palestina

Beberapa pengamat menyebut dukungan Beijing untuk Palestina bersifat simbolis

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Christiyaningsih
FILE - Dalam foto arsip 19 Juni 2021 ini, para demonstran Palestina mengibarkan bendera Palestina selama protes di gerbang Damaskus di luar Kota Tua Yerusalem. Warga Palestina dan pemukim Yahudi saling melemparkan batu, kursi, dan kembang api semalaman di lingkungan Yerusalem yang tegang di mana kelompok pemukim berusaha mengusir beberapa keluarga Palestina, kata para pejabat Selasa, 22 Juni.
Foto: AP/Mahmoud Illean
FILE - Dalam foto arsip 19 Juni 2021 ini, para demonstran Palestina mengibarkan bendera Palestina selama protes di gerbang Damaskus di luar Kota Tua Yerusalem. Warga Palestina dan pemukim Yahudi saling melemparkan batu, kursi, dan kembang api semalaman di lingkungan Yerusalem yang tegang di mana kelompok pemukim berusaha mengusir beberapa keluarga Palestina, kata para pejabat Selasa, 22 Juni.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- China telah menyatakan keinginannya untuk meningkatkan keterlibatan dalam upaya untuk menyelesaikan konflik Israel-Palestina. Para analis menilai pernyataan China tersebut dapat menjadi tantangan bagi Amerika Serikat (AS).

Menteri Luar Negeri China Wang Yi mengatakan negaranya siap untuk mengusulkan ide-ide baru dalam pembicaraan damai. China juga akan mengundang perwakilan Israel dan Palestina untuk berunding di Beijing.

Baca Juga

Yi menuturkan China ingin Inisiatif Jenewa memainkan peran yang lebih besar dalam memperluas dialog dan menegaskan kembali solusi dua negara sebagai satu-satunya jalan menuju resolusi. Inisiatif Jenewa 2003 atau yang dikenal sebagai Kesepakatan Jenewa adalah salah satu dari banyak rencana perdamaian yang tidak berhasil mencapai kesepakatan.

"Masa lalu dan sekarang telah membuktikan bahwa solusi dua negara adalah satu-satunya cara yang layak untuk menyelesaikan masalah Palestina, karena ini mewakili konsensus, keadilan, dan keadilan internasional,” kata Yi dilansir Middle East Monitor, Sabtu (17/7).