Sabtu 17 Jul 2021 23:30 WIB

26 Persen Pasien Long Covid Belum Pulih Setelah Enam Bulan

Studi para ahli tunjukkan pasien long Covid belum betul-betul pulih hingga 6-8 bulan

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Christiyaningsih
Virus Covid-19 (ilustrasi)
Foto: Pixabay
Virus Covid-19 (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Gejala long Covid tampaknya bisa berlangsung cukup lama pada sebagian orang. Menurut studi terbaru, lebih dari seperempat penyintas Covid-19 belum benar-benar pulih dari gejala long Covid meski senam sampai delapan bulan telah berlalu.

Studi ini melibatkan 431 orang di Zurich, Swiss, yang pernah terkonfirmasi positif Covid-19 pada Februari-Agustus 2020. Rata-rata usia mereka adalah 47 tahun.

Baca Juga

Dalam studi ini, mereka diminta untuk mengisi kuesioner kesehatan daring. Pengisian kuesioner ini dilakukan sektiar tujuh bulan setelah mereka terdiagnosis positif Covid-19.

Hasil studi menunjukkan sekitar sembilan dari 10 partisipan sudah mengalami gejala sebelum mereka terdiagnosis dengan Covid-19. Sebanyak 19 persen lainnya dirawat di rumah sakit ketika mereka terdiagnosis Covid-19.

Secara umum, sebanyak 26 persen partisipan belum benar-benar pulih dari gejala long Covid ketika mengisi kuesioner. Di antara orang-orang ini, sekitar 55 persen mengalami gejala kelelahan, 25 persen merasakan gejala sesak napas, dan 26 persen bergelut dengan gejala depresi.

"Kami menemukan 26 persen pasien belum pulih sepenuhnya dalam waktu enam sampai delapan bulan setelah diagnosis," jelas peneliti Milo Puhan dan tim seperti dilansir US News.

Pasien perempuan dan pasien yang pernah dirawat di rumah sakit merupakan kelompok yang lebih banyak belum mencapai pemulihan total saat kuesioner dilakukan dibandingkan pasien laki-laki dan pasien yang tak pernah dirawat di rumah sakit.

Melalui jurnal PLOS ONE, peneliti juga mengungkapkan empat dari 10 partisipan sampai berobat ke dokter umum karena gejala long Covid mereka. Temuan-temuan ini menunjukkan pentingnya perencanaan sumber daya dan layanan perawatan kesehatan yang tepat waktu. "Yang disesuaikan dengan kebutuhan individu-individu yang mengalami sindrom post-Covid-19 (long Covid)," ungkap tim peneliti.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement