REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Korban meninggal dunia dalam banjir parah di Jerman barat dan Belgia naik menjadi 170 jiwa, Sabtu (17/7) waktu setempat. Luapan sungai dan banjir bandang meruntuhkan ratusan rumah, menghancurkan jalan, dan kabel listrik sehingga banyak komunikasi terputus.
Korban mungkin bakal bertambah, sebab ratusan orang masih dinyatakan hilang atau tidak dapat dijangkau. Beberapa daerah tidak dapat diakses karena ketinggian air yang tinggi sementara komunikasi masih terputus di beberapa tempat.
Sekitar 143 orang meninggal dalam bencana alam terburuk di Jerman dalam lebih dari setengah abad. Sementara di Belgia, jumlah korban meninggal karena banjir naik menjadi 27 orang.
Penduduk dan pemilik bisnis berjuang untuk mengambil harta benda mereka di kota-kota yang hancur karena banjir bandang. "Semuanya hancur total. Anda tidak mengenali pemandangannya," kata Michael Lang, pemilik toko anggur di kota Bad Neuenahr-Ahrweiler di Ahrweiler, sambil menahan air mata.
Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier mengunjungi Erftstadt di negara bagian North Rhine-Westphalia. Wilayah tersebut menyisakan sedikitnya 45 tewas karena bencana alam.
"Kami berduka dengan mereka yang kehilangan teman, kenalan, anggota keluarga. Nasib mereka mencabik-cabik hati kita," ujar Presiden Steinmeier.
Sekitar 700 warga dievakuasi pada Jumat (16/7) malam setelah sebuah bendungan jebol di kota Wassenberg dekat Cologne. Namun, Wali Kota Wassenberg Marcel Maurer mengatakan, ketinggian air telah stabil sejak malam. Meski demikian, Bendungan Steinbachtal di Jerman barat tetap berisiko jebol.
Phak berwenang mengatakan, sekitar 4.500 orang dievakuasi dari rumah-rumah di hilir dekat bendungan tersebut. Steinmeier mengatakan akan memakan waktu beberapa pekan sebelum kerusakan penuh, yang diperkirakan membutuhkan beberapa miliar euro dalam dana rekonstruksi.