REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ajakan Presiden Jokowi memimpin taubat nasional untuk merespon perkembangan covid-19, disambut positif tokoh Tionghoa, Lieus Sungkharisma. Sebagai penganut Buddhis Lieus menilai taubat itu sebagai bentuk totalitas kepasrahan sekaligus pengakuan salah dan dosa kepada Tuhan.
Menurut Lieus, yang mahal dari bangsa ini adalah kejujuran. Sikap jujur mengakui salah atas kelemahan dan kekurangan, setelah itu jujur meminta maaf. “Memang tak mudah buat seseorang untuk meminta maaf, apalagi permintaan maaf seorang pemimpin kepada rakyatnya. Padahal, di situlah sebenarnya kelas dan kualitas seorang pemimpin bisa diukur,” kata Lieus dalam siaran persnya kepada Republika.co.id, Ahad (19/7).
Dalam kontek inilah, Lieus mengingatkan, para pemimpin dan politisi dari partai manapun, bahwa tak ada salahnya jika bersikap jujur kepada Tuhan bahwa kita banyak salah. Sehingga Tuhan tidak makin murka kepada makhluknya yang sombong.
“Sudah minta maaf kepada rakyat tak mau karena gengsi, minta maaf kepada Tuhan pun tak mau. Apa tidak masuk dalam kategori manusia sombong yang seperti itu. Saya hanya khawatir, karena kesombongan ini, Tuhan semakin murka dengan teguran yang makin keras. Bisa bencana besar, kesulitan hidup dan lain-lain,” ungkapnya.
Begitu juga dalam kaitan dengan wabah pandemi covid-19 saat ini, Lieus mengingatkan kepada semua pihak, baik rakyatnya, pemimpinnya dan para pejabat lainnya untuk bersama-sama mengaku salah dan dosa kita kepada Tuhan melalui taubat. Tentu dengan taubat yang sebenar-benarnya. Bukan taubat sambel,” tegasnya.
Lieus mengaku yakin, jika para pemimpin negeri ini dan para politisinya, termasuk seluruh rakyat Indonesia satu sikap dan satu suara mengakui kesalahan dan dosa kepada Tuhan dengan diikuti bertaubat kepada Nya, pasti Tuhan akan turunnya keajaiban yang tak diduga-duga untuk keselamatan bangsa ini.
“Saya kok yakin ya, kalau kita sudah jujur mengakui salah kepada Tuhan, tentu dengan diawali mengaku salah kepada rakyat, jika dia pemimpin, pertolongan Tuhan akan datang. Kita semua kan bangsa yang beragama dan berTuhan. Nah, kalau kita sepakat berTuhan, mari kita hadirkan Tuhan dalam mengatasi masalah yang besar dan mengerikan ini,” tandasnya.
Sebelumnya, ajakan 'Taubat Nasional' itu disampaikan peneliti LSI Denny JA yang juga Ketua Umum Ikatan Alumni PP Ibadurrahman Sukabumi. Menurut Toto, dalam menghadapi wabah yang makin tak terkendali ini baiknya tak hanya didekati dengan cara pengerahan kekuatan medis dan scientist, tapi juga perlu membangun kesadaran yang bersifat teologis dan eskatologis. Yakni, kesadaran tentang adanya keyakinan kepada Tuhan dan menghadirkannya di tengah tengah kita.