Ahad 18 Jul 2021 19:17 WIB

Menuju Idul Adha, Maksimalkan Amal Saleh

Idul Adha merupakan momentum beribadah yang kerap dilupakan

 Idul Adha merupakan momentum beribadah yang kerap dilupakan. Ilustrasi dzikir dan doa
Foto: ANTARA/Akbar Nugroho Gumay
Idul Adha merupakan momentum beribadah yang kerap dilupakan. Ilustrasi dzikir dan doa

Oleh : Ustadz M Zaitun Rasmin, Lc MA, Wakil Sekretaris Dewan Pertimbangan MUI Pusat dan Ketua Umum Wahdah Islamiyyah

REPUBLIKA.CO.ID, — Munculnya pandemi Covid-19 gelombang kesekian di negeri tercinta menjadi pembeda di awal bulan suci Dzulhijjah sekarang ini. Namun, momen ini tidak boleh menyurutkan spirit ibadah kita di hari-hari mulia ini. 

Bahkan, hari-hari mulia yang berbalut kondisi musibah pandemi ini harus bisa menyulutkan motivasi ibadah, doa, dan amal-amal saleh kita sebagai salah satu ikhtiar agar Allah Ta'ala menyelamatkan kita semua dari musibah ini.

Baca Juga

Sepuluh hari awal Dzulhijjah ini adalah hari-hari mulia di sisi Allah Ta'ala. Di dalamnya amal-amal saleh seorang Muslim dilipatgandakan pahalanya dan ditinggikan kualitasnya. Rasulullah SAW bersabda,  

مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهِنَّ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ اْلأيَّامِ الْعَشْرِ “Tidak ada satu hari pun amal saleh di dalamnya lebih dicintai Allah daripada 10 hari ini (awal Dzulhijjah).”

Para sahabat menimpali sabda beliau, "Wahai Rasulullah!Meskipun amalan itu jihad di jalan Allah?" Beliau menjawab: 

 وَلا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، إِلا رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ "Meskipun amalan itu jihad di jalan Allah, kecuali ada orang yang keluar ke jalan Allah dengan mengorbankan diri dan hartanya lalu tidak ada sesuatu pun dari dua hal itu yang kembali (yakni dia mati syahid)." [HR Bukhari (969), Abu Daud (2439), dan Tirmizi (767)]

Oleh sebab itu, di tengah gelombang pandemi Covid-19 ini, mari bersabar sekaligus bersyukur kepada Allah karena Dia masih memberikan kita kesempatan untuk mengisi hari-hari mulia ini dengan berbagai jenis ibadah yang sangat utama dibanding pada hari-hari lainnya, baik berupa ibadah mahdhah ataupun ibadah gairu mahdhah.

Ibadah mahdhah adalah ibadah yang ketentuan, tata cara, waktu, dan kadarnya telah ditetapkan Allah Ta'ala dan Rasul-Nya SAW, sehingga tidak boleh dilakukan kecuali dengan petunjuk keduanya.

Contohnya yaitu sholat, puasa, zakat, dzikir, tilawah Alquran, dan sebagainya. Sedangkan ibadah gairu mahdhah adalah semua amal kebaikan yang diniatkan untuk mendekatkan diri kepada Allah, namun ketentuan, tata cara, waktu, dan kadarnya tidak diatur secara terperinci oleh Allah dan Rasul-Nya. Contohnya yakni sedekah, tolong-menolong, belajar, mengajar, berbakti pada orang tua, dan lain sebagainya.

Dua jenis ibadah ini harus kita jaga dan tingkatkan di hari-hari mulia ini karena keduanya saling melengkapi dan memenuhi seluruh waktu kita dengan pahala dan amal saleh, apalagi keduanya akan dilipatgandakan pahalanya di momen Dzulhijjah ini.

Hal ini telah dilakukan para ulama salaf dari kalangan sahabat dan tabiin. Dahulu Sa'id bin Jubair, rahimahullah, sangat giat beribadah siang malam di momen 10 awal Dzulhijjah ini, sampai-sampai beliau berkata, "Janganlah kalian mematikan lampu kalian di malam-malam 10 Dzulhijjah ini (untuk beribadah kepada Allah)." [Baca: Lathaif al-Ma'arif: 262]

Lalu apakah ada amalan khusus yang lebih utama di dalamnya?

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement