REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS – Komisi Eropa telah mengumumkan rencananya menanam setidaknya tiga miliar pohon di negara-negara anggota Uni Eropa hingga 2030 mendatang. Hal itu menjadi strategi untuk meningkatkan penyerapan gas rumah kaca alami.
Dikutip laman Euobserver, Senin (19/7), strategi baru tersebut mengakui pentingnya hutan dalam perang melawan perubahan iklim. Selain itu, keberadaan hutan dapat berperan sebagai campuran energi terbarukan. Dalam hal ini, bioenergi berbasis kayu menjadi sumber utamanya.
Namun, untuk pertama kalinya, Komisi Eropa telah memperingatkan bahwa peningkatan pemanenan produk kayu berumur panjang tak mungkin mengompensasi pengurangan penyerap karbon bersih terkait. Ia mendesak negara-negara Uni Eropa memperhatikan risiko tersebut.
Kebijakan Uni Eropa berdampak pada hutan di kawasan tersebut dan di luarnya. Kendati demikian, kebijakan kehutanan masih merupakan kompetisi nasional. Proposal Komisi Eropa mengatakan bio-ekonomi harus didorong dalam batas-batas berkelanjutan dengan cara meminimalkan dampak terhadap keanekaragaman hayati.
Di bawah perbaruan arahan energi terbarukan, Komisi Eropa juga telah memperkuat "kriteria keberlanjutan" yang digunakan untuk menentukan apakah suatu bentuk biomassa hutan dapat dianggap terbarukan. Misalnya, hutan primer dan hutan tua (keduanya hutan dengan keanekaragaman hayati yang tinggi) akan sepenuhnya dilindungi dari pembakaran biomassa. Tapi mereka hanya mewakili sekitar tiga persen dari lahan hutan Uni Eropa.
Selain itu, proposal tersebut memperkuat apa yang disebut "prinsip kaskade", sebuah upaya mengurangi penggunaan kayu bulat berkualitas (kayu yang dibiarkan sebagai kayu bulat kecil) untuk produksi energi. Berdasarkan prinsip tersebut, kayu harus digunakan sebanyak mungkin untuk bahan dan produk yang berumur panjang seperti bangunan serta furnitur.
Hutan mencakup sekitar 38 persen dari total permukaan tanah di Uni Eropa. Finlandia (71 persen dari total luas daratan) dan Swedia (67 persen) adalah negara dengan hutan paling lebat. Mereka diikuti oleh Slovenia, Estonia, dan Latvia.