Senin 19 Jul 2021 19:46 WIB

Khutbah Idul Adha: Tauhid Keluarga Ibrahim Hadapi Covid-19

Idul Adha mengajarkan tauhid Allah SWT dalam hadapi pandemi Covid-19

Red: Nashih Nashrullah
Idul Adha mengajarkan tauhid Allah SWT dalam hadapi pandemi Covid-19. Ilustrasi bantuan Covid-19
Foto: Edi Yusuf/Republika
Idul Adha mengajarkan tauhid Allah SWT dalam hadapi pandemi Covid-19. Ilustrasi bantuan Covid-19

Oleh : KH Dr M Hamdan Rasyid, anggota Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia dan Pengasuh Pesantren Baitul Hikmah Depok Jawa Barat  

REPUBLIKA.CO.ID,   

KHUTBAH  I

Baca Juga

اَللهُ أَكْبَرُ 9× اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلّهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً. لاَإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ. لاَإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ. لاَإِلَهَ إِلاَّ اللهُ واَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ.

الْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ جَعَلَ الْعِيْدَ ضِيَافَةً لِلْأَ نَامِ وَجَعَلَهُ مِنْ شَعَائِرِ اْلإِسْلاَمِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَه الذي ابتلى ابراهيم خليله. وأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الذي جعله حبيبه.اَللَّهُمَّ صَلِّ وسلم عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيد نا محمد كما صليت على سيدناابراهيم وعلى ال سيدناابراهيم وسلم تسليما كثيرا

 أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِباَدَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ يَوْمَكُمْ هَذَا يَوْمٌ فَضِيْلٌ وَعِيْدٌ شَرِيْفٌ جَلِيْلٌ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ اْلأَبْتَرُ

Kaum Muslimin dan Muslimat yang dimuliakan Allah…. 

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah menganugerahkan berbagai macam nikmat kepada kita semua, terutama nikmat iman dan Islam serta kesehatan jasmani dan rohani sehingga pada pagi hari yang cerah ini kita dapat melaksanakan Sholat Idul Adha 1442 H, seraya mengagungkan asma-Nya dengan kalimat-kalimat thoyyibah, Allahu Akbar 3X La Ilaha illa Allah Wallahu Akbar  Allahu Akbar Walillahilhamdu.

Untaian kalimat-kalimat thoyyibah yang melambangkan keagungan Allah SWT yang dikumandangkan umat Islam di seluruh penjuru dunia kemudian dirajut kalimat talbiyah dari kaum Muslimin yang sedang menunaikan ibadah haji, adalah  bagaikan satu simponi raksasa umat manusia yang terus menerus menggema dan membahana menampilkan satu orkestra kemahabesaran Allah SWT.

Allahu Akbar 3 X Wa Lillahilhamd

Pada hari ini, para jamaah haji sedang melaksanakan rangkaian prosesi ibadah haji. Marilah kita doakan, semoga seluruh jamaah haji, diberikan kesehatan, keselamatan, dan kemudahan dalam menunaikan ibadah kepada-Nya serta akhirnya kembali dengan membawa predikat haji mabrur.

Demikian juga, kita semua yang pada tahun ini belum berkesempatan menunaikan ibadah haji, semoga pada tahun-tahun mendatang memperoleh kesempatan untuk melaksanakan ibadah haji sebagai rukun Islam kelima. Amin  Ya Robbal ‘Alamin.

Jamaah sholat Idul Adha rahimakumullah..

Ibadah haji dan pemotongan hewan qurban yang dilaksanakan umat Islam setiap tahun mengandung nilai-nilai luhur dan pesan-pesan moral yang selalu relevan untuk diaktualisasikan sepanjang masa, khususnya oleh bangsa Indonesia yang tengah membangun menuju terwujudnya Indonesia yang adil dan makmur.

Di antara nilai-nilai luhur dan pesan-pesan moral yang dapat digali dari prosesi ibadah haji dan qurban yang sangat penting untuk direnungkan, dihayati,  dijadikan suri teladan dan diaktualisasikan dalam kehidupan setiap Muslim dan Muslimah adalah  “Nilai perjuangan dan pengorbanan dengan ikhlas semata-mata untuk memperoleh ridla Allah SWT” yang dicontohkan satu keluarga mulia dan diperankan oleh Nabiyullah Ibrahim, Ibunda Hajar, dan Nabiyullah Ismail. 

Mereka adalah hamba-hamba Allah yang konsisten menjunjung tinggi nilai-nilai tauhid dan mengimplementasikannya dalam totalitas kehidupan sehari-hari. Maka melalui ibadah haji dan qurban, setiap insan muslim diperintahkan untuk “napak tilas” perjalanan panjang kehidupan keluarga Nabi Ibrahim AS. serta  menggali makna filosofis dan pesan-pesan Ilahiyah untuk diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana telah difirmankan dalam surat Al Hajj ayat 27–28 :

وَأَذِّنْ فِى النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوْكَ رِجَالاً وَعَلَى كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِيْنَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيْقٍ لِيَشْهَدُوْا مَنَافِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرْوا اسْمَ اللهِ فِى أَيَّامٍ مَعْلُوْمَاتٍ عَلَى مَا رَزقَهُمْ مِنْ بَهِيْمَةِ اْلأَنْعَامِ فَكُلُوْا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا اْلبآئِسَ الْفَقِيْرَ.

"Dan serulah kepada manusia untuk melaksanakan ibadah haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki dan mengendarai onta  yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh, supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka berdzikir (menyebut nama Allah) pada hari yang telah ditentukan atas rezeki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebagian dari padanya dan (sebagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang fakir lagi sengsara."

Melalui ayat di atas Allah SWT ingin menegaskan, bahwa esensi ibadah haji adalah melakukan pengembaraan rohani dengan cara napak tilas dan mengambil pelajaran berharga dari perjalanan spiritualitas tiga orang hamba Allah dalam mengaktualisasikan nilai-nilai tauhid serta kepasrahan yang total kepada Allah SWT. Mereka adalah Nabi Ibrahim AS, Ibunda Hajar, dan Nabi Ismail AS. 

Perjalanan spiritualitas itu setiap tahun dipergelarkan kembali oleh Allah agar kita dapat selalu mengingat dan mengambil pelajaran dari kisah perjuangan mereka dalam menegakkan tauhidullah di muka bumi. 

Dengan bekal tauhidullah yang terhunjam dalam qalbu, maka Nabi Ibrahim AS dan keluarganya sanggup menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah tanpa ragu sedikitpun. Sehingga perintah apapun yang datang dari Allah pasti dilakukannya sungguhpun sepintas  bertentangan dengan akal pikiran, perasaan dan kehendaknya.

Hal itu dapat kita lihat misalnya ketika Nabi Ibrahim AS diperintahkan oleh Allah SWT untuk menempatkan Ismail yang masih bayi beserta ibunya, Hajar di Makkah al-Mukarramah yang pada waktu itu masih merupakan lembah tandus nan gersang dan belum dihuni oleh umat manusia.

Nabi Ibrahim AS diperintahkan meninggalkan istri dan anaknya, Ismail yang masih bayi tersebut sendirian, tanpa bekal makanan, minuman dan pakaian yang memadahi.  Ibunda Hajar bertanya, “Mau kemana engkau wahai suamiku ?” Mengapa engkau meninggalkan kami di tempat ini dalam kesendirian, yang tiada siapapun dan apapun?” 

Nabi Ibrahin AS tidak mampu menjawab. Dan ketika ibunda Hajar bertanya kembali, “Kepada siapa engkau titipkan kami di sini?” Nabi Ibrahim menjawab, “Kepada Allah SWT.” Mendengar jawaban tersebut, ibunda Hajar dengan penuh keyakinan berkata, “Kalau begitu aku ikhlas untuk ditinggalkan karena Allah tidak akan menelantarkan hamba-Nya.” Maka Nabi Ibrahim AS dengan penuh kepasrahan menitipkan istri dan anaknya kepada Allah SWT dengan iringan doa yang direkam dalam surat Ibrahim ayat 37:

رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ

”Wahai Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati. Wahai Tuhan Kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan sholat. Maka Jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur”. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement