REPUBLIKA.CO.ID,LONDON -- Investasi berkelanjutan telah berjumlah sekitar 35,3 triliun dolar AS atau mencapai lebih dari sepertiga dari total aset di lima pasar terbesar dunia. Ini disampaikan dalam laporan dari Aliansi Investasi Berkelanjutan Global (GSIA) yang terbit Senin (19/7).
Investor disebut semakin didorong oleh faktor lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) yang secara tradisional belum terekam dalam neraca perusahaan. Tetapi dapat memengaruhi pengembalian di masa depan.
GSIA, yang anggotanya melacak pertumbuhan di wilayah mereka, mengatakan, aset yang dikelola secara profesional telah mencakup 36 persen dari total aset yang dikelola. Perhitungan menggunakan ukuran luas tentang apa artinya berinvestasi secara berkelanjutan.
Sementara, beberapa penilaian pertumbuhan industri berfokus pada reksa dana yang berfokus pada ritel dengan mandat keberlanjutan tertentu. GSIA juga mencakup aset grosir dan institusional.
Laporan juga mencakup dana yang diinvestasikan menggunakan proses yang menilai risiko dan dampak kembali dari masalah. Seperti perubahan iklim, bahkan jika mandat strategi tidak memiliki fokus keberlanjutan formal dan eksplisit, yang disebut 'integrasi LST'.
Survei industri dua tahunan melihat aset di Amerika Serikat, Eropa, Australasia, Jepang, dan Kanada menggunakan data dari akhir 2019 untuk semua wilayah kecuali Jepang. Datanya dihitung sampai akhir Maret 2020.Sejak laporan terakhir, total aset di seluruh pasar telah meningkat 15 persen.
"Pertumbuhan ini didorong meningkatnya ekspektasi konsumen, kinerja keuangan yang kuat, dan meningkatnya materialitas masalah sosial dan lingkungan - dari keanekaragaman hayati hingga kesetaraan ras hingga perubahan iklim," kata Ketua GSIA, Simon O'Connor dilansir Reuters.
Laporan menyebut, Kanada dan Amerika Serikat mengalami pertumbuhan terkuat selama dua tahun terakhir. Jumlahnya masing-masing 48 persen dan 42 persen.