Selasa 20 Jul 2021 07:38 WIB

Studi: Gejala Varian Delta Lebih dari Flu Biasa

Berbagai penelitian dilakukan untuk mencari cara terbebas dari Covid-19.

Rep: Farah Noersativa/ Red: Nora Azizah
Berbagai penelitian dilakukan untuk mencari cara terbebas dari Covid-19.
Foto: www.freepik.com.
Berbagai penelitian dilakukan untuk mencari cara terbebas dari Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berbagai penelitian dilakukan oleh para saintis untuk mencari cara agar kita bisa terbebas dari virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19. Namun, di saat yang sama pula, virus ini muncul dengan berbagai varian baru.

Oleh sebab itu, cara virus mempengaruhi orang-orang yang pada akhirnya menimbulkan gejala juga semakin berubah. Namun, gejala yang paling umum, seperti batuk (sering kering), sesak nafas,  demam, dan kehilangan rasa dan penciuman, semuanya masih hampir sama sejak pandemi COVID-19 dimulai.

Baca Juga

Namun, itu bukan satu-satunya gejala yang sering terjadi. Orang-orang juga melaporkan segala sesuatu mulai dari sakit kepala hingga diare. Semua gejala tersebut terdaftar di ikhtisar Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit tentang gejala umum yang mungkin terjadi.

“Gejalanya benar-benar sama seperti sebelumnya. Ini adalah sakit kepala, batuk, kelelahan, pilek, demam, gejala seperti flu yang umum,” kata kepala petugas medis sebuah perusahaan perawatan kesehatan yang berkantor pusat di Tennessee, Premise Health, Jonathan Leizman, dikutip laman huffpost, Selasa (20/7).  

Tanda-tanda peringatan darurat COVID-19 juga tetap hampir sama, Itu termasuk masalah seperti kesulitan bernapas, nyeri atau tekanan dada terus-menerus, dan kebingungan secara mental.

Varian delta (B.1.617.2) beredar luas di seluruh dunia dan sekarang menjadi strain utama di Amerika Serikat dan di beberapa negara. Varian delta memukul keras daerah dengan jumlah tinggi orang Amerika yang tidak divaksinasi.

Ada beberapa bukti awal bahwa gejala yang terkait dengan delta mungkin sedikit berbeda dibandingkan dengan virus SARS-CoV-2 pertama. Meskipun demikian, para ahli memperingatkan gejala-gejala ini masih terlalu dini untuk dikatakan secara definitif.

“Informasi yang kami dapatkan dari Inggris dan Eropa dan beberapa survei awal di sini di Amerika Serikat adalah bahwa infeksi virus delta tampaknya lebih cenderung menghasilkan gejala yang lebih khas dari flu biasa,” kata co direktur Divisi Penyakit Menular di Fakultas Kedokteran Universitas Washington di St. Louis,  William Powderly.

Dia baru-baru ini melihat peningkatan besar dalam kasus COVID-19 dan rawat inap. Rata-rata gejala para pasien yang datang adalah sakit tenggorokan, batuk ringan, dan hidung tersumbat.

“Gejala yang kami lihat sebelumnya, yang lebih seperti pernapasan dan demam yang lebih rendah, lebih jarang terjadi. Itu tidak berarti mereka tidak terjadi. Tetapi tampaknya ada pergeseran frekuensi dan jenis gejala yang dilaporkan,” ujar Powderly.

Para ahli belum mengerti mengapa gejalanya mungkin sedikit berbeda. Menurut Powderly, bisa jadi sekarang ada lebih banyak infeksi pada orang yang lebih muda.

Pada saat yang sama, para peneliti sedang mengeksplorasi bagaimana varian yang diklasifikasikan sebagai varian yang menarik perhatian, termasuk varian delta, lambda, dan lainnya. Mungkin berbeda dalam hal kemampuan mereka untuk ditularkan atau membuat orang lebih atau kurang sakit.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement