REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Persyarikatan Muhammadiyah genap berusia 112 tahun pada 8 Dzulhijjah 1442 H atau bertepatan pada Ahad (18/7) kemarin. Gerakan Islam modernis ini didirikan di Kampung Kauman Yogyakarta pada 8 Dzulhijjah 1330 H oleh KH Ahmad Dahlan.
Dalam logo Milad Muhammadiyah ke-112 kali ini digambarkan formasi angka dengan warna biru dan biru muda. Di tengah-tengah logo tersebut terdapat tulisan Muhammadiyah dalam aksara Arab berwarna emas.
Muhammadiyah, selama ini, telah banyak berkiprah bagi agama dan bangsa, khususnya dalam bidang pendidikan, kesehatan, dakwah, dan layanan sosial. Ke depannya, persyarikatan ini akan terus berdakwah di bidang ekonomi.
Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Abdul Mu’ti bersyukur, di abad yang kedua usianya ini, Muhammadiyah bisa tetap solid dan amal usaha milik Muhammadiyah terus bertambah untuk meningkatkan pemberdayaan ekonomi masyarakat.
“Kita bersyukur atas nikmat Allah Muhammadiyah dapat terus berkembang sampai usia 112 tahun menurut kalender Hijriah. Alhamdulillah Muhammadiyah juga tetap solid dengan jumlah anggota dan amal usaha yang terus bertambah,” ujar Mu’ti kepada Republika, Selasa (20/7).
Dia menjelaskan, telah banyak hal yang telah dilakukan oleh Muhammadiyah terutama dalam bidang pendidikan, kesehatan, dakwah, dan layanan sosial. Sesuai dengan keputusan Muktamar ke-47 di Makassar pada 2015 lalu, menurut dia, Muhammadiyah selalu berusaha meningkatkan peran dalam bidang pemberdayaan masyarakat, khususnya bidang ekonomi.
“Muhammadiyah berusaha mengembangkan amal usaha bidang ekonomi sebagai bagian tak terpisahkan dari dua bidang utama yaitu pendidikan dan kesehatan,” ucap guru besar UIN Syarif Hidayatullah ini.
Menurut Mu’ti, sekarang Muhammadiyah juga telah membentuk Badan Usaha Milik Muhammadiyah dan memiliki holding company sebagai leading sektor dakwah dalam bidang ekonomi.
“Sekarang mulai banyak berdiri minimarket Muhammadiyah dengan nama yang bervariasi seperti Tokomu, Toko Kita, Surya Mart, Logmart, dan sebagainya. Beberapa daerah dan amal usaha membuka layanan pom bensin. Muhammadiyah juga mulai mengelola hotel di Jogja,” katanya.
Mu’ti menambahkan, Muhammadiyah melalui Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan dan Majelis Pemberdayaan Masyarakat juga mulai merintis bisnis di sektor pertanian, kelautan, dan usaha berbasis rumah tangga.
“Dengan penguatan dakwah dalam bidang ekonomi, Muhammadiyah berharap dapat berperan lebih besar dan berbuat lebih banyak untuk mencerdaskan dan meningkatkan kesejahteraan spiritual, moral, dan ekonomi masyarakat,” ujarnya.