REPUBLIKA.CO.ID, TANGSEL -- Pandemi Covid-19 yang belum mereda harus disikapi dengan kemampuan umat Islam dalam beradaptasi dengan pandemi dan memahaminya dengan paham keislaman yang moderat, tidak ekstrem ke kanan maupun ekstrem ke kiri. Demikan kesimpulan utama dari kegiatan Webinar UIN Bertakbir Virtual Idul Adha 1442H melalui Zoom Meetings yang berlangsung pada Senin (19/7) malam.
Kegiatan webinar ini dielenggarakan oleh Ikatan Alumni UIN (IKALUIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Himpunan Qari dan Qariah Mahasiswa (HIQMA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Webinar dihadiri ratusan orang dari alumni dan civitas akedemika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta masyarakat umum. Sebagai pengisi tausiyah. Yaitu Prof Azyumardi Azra; Prof Amin Suma; Prof Mundzier Suparta, Dr Amirsyah Tambunan ; dan Prof Din Syamsuddin.
“Acara ini sebagai bagian dari syiar Idul Adha dengan tetap menjaga protokol kesehatan. PPKM Darurat tidak menjadi halangan untuk melakukan ibadah syiar keagamaan. Hanya saja caranya harus kompatibel dengan kondisi faktual. Kita mengetuk pintu langit, mengagungkan asma Allah dan bermunajat agar diberi perlindungan dengan paham moderasi Islam dalam menyikapi dan melaksanakan kegiatan Idul Adha 1442H di tengah pandemi Covid-19,” ujar Ketua Penyelenggara yang juga Wakil Ketua IKALUIN Syarif Hidayatullah Jakarta Dr KH M Asrorun Ni`am Sholeh MA seperti dikutip dalam rilis yang diterima Republika.co.id.
Dalam sambutannya, Ketua Umum IKALUIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr TB Ace Hasan Syadzily MSi menyampakan tentang kegiatan-kegiatan IKALUIN Jakarta sebagai bentuk kepedulian dan solidaritas sosial IKALUIN Jakarta bagi mereka yang terdampak langsung dari pandemi Covid-19. Termasuk di dalamnya kegiatan bantuan nakes yang memberikan bantuan bingkisan vitamin, suplemen, makanan dan lain-lain kepada para tenaga kerja kesehatan dari dokter, perawat, supir ambulans sampai penggali kubur.
Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof Dr Amany Lubis MA dalam sambutannya menyampaikan bahwa dalam menyikapi pandem, umat Islam perlu mencontoh keteladanan Nabi Ibrahim dan keluarganya. Terutama dalam beradaptasi agar tetap eksis dan selalu optimistis dalam menjalani kehidupan di tengah pandemi Covid-19.
“Kisah istri Nabi Ibrahim as, yaitu Siti Hajar yang sabar dan terus beradaptasi untuk tetap bisa hidup dengan anak bayinya, Ismail, di tempat yang gersang, namun terus berikhtiar, bolak-balik untuk mencari air dan kemudian munculah air Zam-Zam yang masih kita nikmati sampai hari ini. Karenanya, dengan kemampuan kita berdaptasi, kesulitan apapun akan Allah bantu. Yang penting kitaterus melakukan upaya yang maksimal,” paparnya.
Adapun para pengisi tausiyah di kegiatan ini memiliki kesamaan pesan tentang pentingnya memperkuat solidaritas social maupun kohesi sosial agar umat dan bangsa ini tetap kuat dalam kebersamaan menghadapi pandemi Covid-19. Juga terus mensyiarkan moderasi paham keislaman dalam menyelesaikan persoalan keislaman yang timbul dari kebijakan-kebijakan pemerintah untuk mencegah penyebaran Covid-19 yang sedang tinggi di Indonesia saat ini, seperti shalat Idul Adha 1442H di masjid dan di lapangan.