REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Nabi Muhammad Saw menyatukan para ahli tauhid dalam ibadah shalat Hari Raya Idul Fitri maupun Idul Adha, dalam shalat Jum’at, dan dalam shalat berjamaah. Beliau juga menghimpun lisan mereka di atas kalimat yang sama.
Ulam asal Turki, Said Nursi dalam bukunya yang berjudul al-Lamaat menjelaskan bahwa nabi merespos seruan agung yang berasal dari Tuhan itu dengan suara-suara kalbu dan lisan yang tak terhingga banyaknya sebagai sesuatu yang saling mendukung dan menguatkan. Sebab, semuanya memperlihatkan sebuah pengabdian yang sangat luas terhadap keagungan Tuhan.
Seolah-olah seluruh bola bumi itulah yang mengucapkan zikir, yang memanjatkan doa, yang melakukan shalat kepada Allah, serta yang melaksanakan perintah shalat yang turun dengan penuh kemuliaan dan keagungan dari atas langit yang tujuh, yaitu: “Dan dirikanlah Shalat...” (QS. al-Baqarah [2]: 43).
Dengan adanya kesatuan tersebut, menurut Nursi, manusia sebagai makhluk yang lemah dan kecil menjadi seorang hamba yang dicintai oleh Sang Pencipta langit dan bumi karena pengabdiannya yang agung tadi. Ia menjadi sosok khalifah dan penguasa bumi, pemimpin semua hewan, dan tujuan penciptaan seluruh alam.
“Bagaimana menurutmu jika di alam nyata ini, sebagaimana di alam gaib, suara ratusan juta kaum mukminin bertakbir membaca Allahu Akbar selepas shalat, apalagi pada shalat Hari Raya, lalu semuanya berkumpul pada waktu yang sama, bukankah hal itu menyerupai suara takbir bumi dan sesuai dengan besarnya bumi yang seolah-olah seperti manusia besar,” tulis Nursi.
Sebab, lanjutnya, dengan bersatunya takbir mereka pada satu waktu yang bersamaan ada takbir yang sangat besar yang seolah-olah diucapkan oleh bumi. Bahkan seolah-olah bumi berguncang dengan amat dahsyat ketika shalat Hari Raya.
“Sebab, ia bertakbir mengagungkan Allah lewat takbir seluruh dunia Islam. Dan ia juga bertasbih lewat tasbih dan zikir mereka. Maka ia berniat dari kalbu ka’bahnya yang suci, bertakbir mengucapkan Allahu Akbar lewat lisan Arafah dari mulut Makkah yang mulia,” kata Nursi.
Maka, menurut dia, suara Allahu Akbar pun menggema di angkasa, menggambarkan seluruh suara kaum mukminin yang tersebar di seluruh alam. Bahkan, takbir dan zikir-zikir tersebut bergema di seantero langit dan semua alam Barzakh.
“Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan bumi ini bersujud dan mengabdi kepada-Nya, lalu Dia menyiapkannya sebagai tempat ibadah dan tempat tinggal para makhluk-Nya. Karena itu, kami bertahmid, bertasbih, dan bertakbir mengagungkan Allah sejumlah bilangan atom yang ada di bumi,” jelas Nursi.